Saat ini kita pasti sering mendengar istilah work life balance. Istilah ini sering digunakan oleh para karyawan untuk menjaga keseimbangan antara tanggung jawab pekerjaan dan kehidupan pribadi. Menjaga keseimbangan antar kedua hal ini sangat penting. Kita dituntut untuk mampu mengalokasikan waktu dan energi untuk kehidupan kerja dan kehidupan pribadi secara seimbang. Dengan begitu kita dapat meningkatkan produktivitas kerja dan dapat mengeksplor hobi atau kemampuan lain di luar pekerjaan.
Menurut riset, jika kita mampu menerapkan work life balance dengan baik, kita pun akan lebih bahagia karena mampu menjalani pekerjaan dan kehidupan pribadi secara seimbang. Survei internasional, Deloitte yang bertajuk The Deloitte Global 2022 Gen Z and Millennial Survey, mencatat bahwa work life balance atau keseimbangan kerja menjadi prioritas utama generasi ini. Tercatat sebanyak 32% responden Gen Z dan 39% milenial menyatakan keseimbangan kerja menjadi pertimbangan mereka bekerja di perusahaan mereka saat ini.
Berikut manfaat dan cara mewujudkan work life balance bagi para karyawan:
Manfaat work life balance
1. Menurunkan resiko stres
Banyak karyawan yang tidak mampu menerapkan work life balance karena tekanan dan tuntutan pekerjaan yang berat. Tidak sedikit karyawan yang mengalami stres karena hal ini. Stres merupakan masalah kesehatan yang paling sering dialami karyawan. Jika dibiarkan bisa mengakibatkan burnout dan menurunnya produktivitas.
Untuk itu sangat penting menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Jika kita mampu menjaga keseimbangan kedua hal ini, kinerja akan meningkat. Bahkan bisa menjadi lebih produktif. Kita pun masih memiliki waktu untuk melakukan hal lain yang menyenangkan.
2. Meningkatkan kesehatan fisik dan mental
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa, karyawan yang bekerja 50 jam atau lebih dalam seminggu berdampak negatif bagi kehidupan pribadi. Juga berdampak buruk terhadap kesehatan, baik fisik maupun mental. Bekerja keras boleh saja namun jangan sampai mengorbankan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun mental. Tidak ada yang lebih penting dari kesehatan.
Untuk itu ketika jam kerja, fokus dengan apa yang dikerjakan. Pastikan pekerjaan dapat selesai tanpa ada tambahan jam kerja atau lembur. Begitupun ketika berada di rumah, beri waktu dan ruang bagi otak dan tubuh untuk beristirahat. Hilangkan dan singkirkan terlebih dahulu pikiran tentang pekerjaan atau apa yang terjadi di tempat kerja. Di saat ini sebaiknya fokus hanya pada kehidupan pribadi saja. Jika kita mampu menjaga keseimbangan antara dua hal ini, maka hidup kita akan lebih rileks dan bebas dari stres.
3. Meningkatkan kualitas hidup dan performa kerja
Mampu menerapkan Work life balance dengan baik juga berdampak positif pada kualitas hidup dan performa kerja. Pasalnya, kesehatan fisik dan mental sudah terjaga dengan baik. Kita juga bisa mengerjakan pekerjaan dengan lebih fokus. Sehingga dapat memberikan kinerja terbaik untuk perusahaan, tanpa perlu khawatir berlebihan dengan kondisi kehidupan sosial.
Begitupun saat di luar jam kerja, kita akan lebih tahu prioritas hidup diri sendiri. Memiliki lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan keluarga atau teman, tanpa terbebani pekerjaan di kantor.
Cara mewujudkan work life balance
1. Buat prioritas pekerjaan
Hal pertama untuk mewujudkan work life balance adalah membuat dan menetapkan prioritas tugas atau kegiatan. Catat dan dahulukan tugas mana yang sekiranya penting atau urgent. Jika pekerjaan yang diterima terlalu banyak dan melampaui batas kemampuan, kita bisa meminta bantuan rekan kerja lain atau meminta tambahan waktu untuk menyelesaikannya.
2. Tidak menunda pekerjaan
Jika kita memiliki kebiasaan menunda-nunda tugas, maka hilangkan kebiasaan itu. Ingat menunda pekerjaan tidak membuat pekerjaan tersebut selesai dengan sendirinya. Melainkan tugas akan semakin menumpuk hingga semakin sulit untuk dikerjakan.
Solusinya, mulailah mengerjakan tugas yang mudah terlebih dahulu. Selesaikan satu persatu sebelum lanjut ke tugas selanjutnya. Semakin cepat kita menyelesaikan pekerjaan, waktu istirahat semakin banyak pula. Kita pun dapat melakukan kegiatan lain di luar pekerjaan.
3. Tetapkan kapan harus berhenti
Tuntutan dan tekanan kerja yang begitu berat dan banyak dalam setiap waktu, menyebabkan banyak karyawan yang mencurahkan seluruh waktu dan energinya pada pekerjaan. Bahkan saat libur dan akhir pekan. Akibatnya, energi pun habis dan tidak memiliki banyak waktu untuk menjalankan kehidupan pribadi.
Jika kita sudah berada di tahap ini, cobalah berhenti dan beristirahat. Kita bisa mengambil cuti 1-2 hari untuk melakukan aktivitas apapun yang disukai. Misalnya, pergi berlibur atau menjalankan hobi. Jangan lupa untuk mematikan notifikasi ponsel, memberitahu atasan, dan rekan kerja bahwa kita sedang cuti. Siapa tahu dengan mengambil cuti bisa memulihkan diri dari aktifitas kerja. Bisa kembali semangat dan fokus saat kembali bekerja nantinya.
Leave A Comment