Proses perekrutan calon karyawan tentu perlu dilakukan dengan matang. Mengapa demikian? karena proses perekrutan karyawan sama halnya dengan mengundang anggota baru untuk bergabung dalam perusahaan. Anggota baru ini juga diharapkan memenuhi kualifikasi untuk mengembangkan perusahaan. Ini berarti, dibutuhkan upaya untuk mengenali lebih jauh kualitas calon anggota baru dengan mengacu pada sejumlah kriteria tertentu.
Bagaimana caranya dalam kurun waktu yang relative pendek perusahaan dapat menentukan bahwa pelamar cocok direkrut untuk menjadi karyawan?. Tentunya ada beberapa tes kerja yang harus dilalui. Diantaranya adalah tes psikotes, wawancara, dan tes kesehatan. Adapun peran dari masing-masing tes tersebut adalah sama pentingnya.
Tes psikotes adalah pengujian atau asesmen untuk mengetahui aspek mental psikologis calon karyawan, diantaranya, kepribadian, inteligensi, dan sikap kerja. Sementara, wawancara adalah tahapan pengenalan secara langsung dengan calon karyawan melalui komunikasi verbal, bisa tatap muka langsung atau melalui media interface, seperti video call. Biasanya wawancara dilakukan oleh HRD dan calon atasan langsung. Atasan langsung perlu bertemu untuk mendapatkan ‘feeling’ terkait calon bawahannya. Disamping itu, wawancara juga berfungsi untuk mengukur kemampuan komunikasi, membangun hubungan, dan interaksi sosial ybs. Terakhir adalah tes kesehatan. Tes ini diperlukan untuk mengetahui tingkat kesehatan atau kebugaran calon karyawan yang nantinya menentukan kekuatan stamina, khususnya jika perlu bekerja ekstra.
Berikut ini penjelasan lebih rinci terkait metode pengukuran perilaku calon karyawan yang telah disebutkan di atas.
Tes Wawancara
Wawancara memerlukan interaksi dari dua belah pihak, yaitu pihak pewawancara dan pihak yang diwawancara. Adapun pihak pewawancara bisa jadi satu orang atau lebih. Jika lebih dari satu orang, biasanya disebut wawancara panel. Pihak pewawancara juga bisa berasal dari eksternal atau internal. Perusahaan biasanya melibatkan psikolog atau asesor sebagai pihak eksternal.
Sedangkan untuk pihak internal yang dilibatkan biasanya adalah HR dan user yang akan menjadi atasan calon karyawan tsb atau bisa saja wawancara internal dilakukan oleh pimpinan tertinggi perusahaan, tergantung posisi apa yang dilamar. Sejauh ini wawancara terhadap pelamar paling tidak dilakukan oleh HR dan/atau calon atasan langsung pelamar. Bisa jadi, wawancara tersebut dilakukan oleh supervisor, manajer, atau oleh staf senior terkait yang ditugaskan untuk itu.
Adapun kaitannya antara pengukuran perilaku dan wawancara adalah sebagai berikut:
Melalui wawancara, sedikit banyak bisa ditarik kesimpulan mengenai motivasi, cara pandang, gaya komunikasi, dan tingkat kemampuan seseorang dalam bekerjasama atau berkolaborasi.
Psikotes dan asesmen psikologis
Tes psikotes biasanya hadir dalam bentuk banyak ragam, ada yang online dan ada juga paper and pencil test. Ada yang prosesnya cepat, ada juga yang butuh seharian. Tes psikotes atau dikenal juga dengan tes psikometri bermanfaat dalam mengukur sikap, perilaku, kepribadian, maupun kemampuan kognitif seseorang. Selain psikotes, penilaian perilaku bisa dihasilkan dari asesmen psikologis. Asesmen ini bertujuan untuk mengukur kompetensi tertentu dan level kecakapan yang dimiliki calon karyawan.
Hasil dari tes kerja yang satu ini nantinya akan dianalisa oleh tim psikolog atau asesor untuk mengetahui aspek mental psikologis dan kecakapan kompetensi yang dimiliki calon staf sudah memenuhi persyaratan jabatan atau belum. Tes atau asesmen ini juga dapat menggali kelebihan dan kekurangan calon karyawan, kecocokan penempatan pada divisi apa, dan menentukan apakah yang bersangkutan layak lolos seleksi ke tahap berikutnya atau gugur.
Seleksi kerja tidak semata-mata berhenti pada pengamatan ijasah dan transkrip nilai pelamar kerja. Namun, jauh lebih dari itu, terdapat setidaknya dua tahapan tes kerja yang harus dilalui untuk mendapatkan kandidat dengan kapasitas dan kompetensis yang mumpuni.
Karir merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan yang patut diperjuangkan oleh setiap orang yang bekerja. Bahkan entrepreneur pun memiliki karir. Orang-orang yang berada di posisi rendah juga berhak membangun karirnya, tidak terkecuali.
Mencapai karir ideal yang diimpikan menandakan bahwa usaha dan kerja keras yang bernilai luar biasa telah berhasil diperjuangkan. Dalam proses pencapaian karir sukses, akan selalu ada tantangan dan rintangan yang tidak sedikit dan membutuhkan kekuatan kamu untuk mencapai karir ideal tersebut.
Untuk mencapai sukses dalam karir impian, maka langkah pertama adalah menemukan karir yang tepat atau ideal. Diperlukan proses yang bertahap dan jangka panjang, termasuk strategi dan analisa yang matang dalam membangun karir. Memilih karir yang tepat tidak selalu menjadi hal mudah bagi sebagian orang. Pilihan karir sedikit banyak pasti akan mempengaruhi bagaimana kita menjalani sebagian besar hidup.
Karir ideal bisa jadi berupa pekerjaan yang menyenangkan, menantang, dan memenuhi hasrat diri. Karir ideal akan mendorong potensi maksimal kita muncul ke permukaan. Agar tidak habis waktu dalam menemukan karir ideal, akan lebih efisien bila kamu mengenali terlebih dahulu diri sendiri, baru mencari tipe pekerjaan dan organisasi yang sesuai dengan dirimu.
Kamu harus mencoba gali lebih dalam apa saja kelebihanmu, lalu tuliskan pada selembar kertas. Ini akan membantu mengevaluasi diri dan melihat pekerjaan apa yang cocok dan yang paling disukai.
Hal ini penting agar apa yang kamu kerjakan dapat berjalan dengan lancar. Kamu pun sebagai orang yang mengerjakan merasa nyaman karena sudah sesuai dengan passion, minat, maupun harapanmu. Ingat, bekerja harus dilandasi dengan cinta, semuanya akan terasa menyenangkan jika semangat dan gairah selalu menemani kita dalam bekerja.
Bayangkan kalau kamu berkarir yang tidak sesuai dengan passion, bisa jadi kamu akan tertekan selama mengerjakan pekerjaanmu. Bisa-bisa pekerjaan jadi berantakan, dan sulit untuk menyelesaikannya. Belum lagi timbul masalah dalam bekerja, mengalami stres sehingga dapat berakibat buruk bagi kesehatan mental.
Memilih karir yang tepat merupakan awal dari kesuksesan, karena berkarir sesuai minat, bakat, dan kemampuan akan lebih mudah bergerak untuk menyelesaikan pekerjaan. Kinerja dan produktivitas meningkat, sehingga gaji, bonus, dan kenaikan jabatan akan mengikutinya. Coba pikirkan lagi, apa pekerjaanmu yang sekarang sudah tepat untukmu? Jika belum, saatnya untuk benar-benar menggali potensi dan kapasitas diri.
Tidak semua dari kita dapat bekerja sesuai dengan bakat dan minat masing-masing. Bahkan lebih banyak yang bekerja bukan di bidang yang sesuai bakat dan minatnya. Misalkan saja, secara keilmuan cukup mahir dalam bidang akuntansi ternyata jadi guru BK, atau dari sarjana teknik sipil bekerja di bagian SDM. Sama sekali tidak nyambung, tetapi memang tidak semua orang bias mendapatkan pekerjaan impian. Itulah realita yang banyak terjadi saat ini.
Kadangkala ketidaksesuaian bakat dan minat dapat berdampak negatif pada hasil kinerja. Walaupun, ada juga yang justru berhasil karena mau mempelajari hal-hal baru. Tetapi, tidak semua orang memiliki kemauan ataupun kapasitas untuk mempelajari hal yang sama sekali baru. Nah, untuk yang merasa telah salah dalam ‘jurusan’ bidang kerja, berikut Ini beberapa alasan yang melatarbelakangi mengapa seseoran bekerja tidak sesuai dengan bakat dan minatnya?
Pilih jurusan asal-asalan
Salah memilih jurusan bisa berdampak negatif saat mencari pekerjaan. Salah satunya adalah ketidakpuasan. Mengapa bisa salah? Karena waktu memilih tidak benar-benar menggali diri sendiri, lebih mengikuti apa yang dikatakan orang lain atau memilih jurusan yang lagi tren saat itu. Bisa juga karena jurusan tersebut passing grade yang terlalu tinggi sehingga tidak yakin bersaing dengan peminat yang lain atau alasan lainnya.
Nyaman menjalani masa kuliah? Bisa ya, bisa tidak. Pastinya semakin tidak nyaman saat kuliah, walaupun pada akhirnya lulus. Ketidaknyamanan tersebut akan terus terbawa hingga saat mencari kerja. Kecuali bisa berdamai dengan diri sendiri dan berkomitmen kesalahan jurusan ini mungkin justru bisa membawa nasib baik. Tentu komitmen tinggi sangat dibutuhkan untuk berhasil dalam bidang yang kurang diminatinya tersebut.
Campur tangan orang tua
Terkadang, orang tua memang cukup susah dimengerti. Di satu sisi, sebagai anak kita wajib mematuhi perintah orang tua (asalkan itu baik). Di sisi lain, kita memiliki passion sendiri dan yang menurut kita adalah keahlian kita. Seperti contohnya, orang tua kita ingin kita berkuliah di jurusan manajemen misalnya dengan pertimbangan ini dan itu, padahal passion kita di bahasa.
Jika jalur komunikasi dan negosiasi sudah mentok, apalagi yang mesti dilakukan kecuali menyerah. Bukan begitu? mengingat supplier keuangan adalah orang tua. Alhasil, lulus kuliah kita lebih memilih pekerjaan yang sesuai passion dan bersebrangan dengan kompetensi selama kuliah.
Bingung, apa ya Passion-nya?
Tidak sedikit orang yang bingung mengidentifikasi apa sih sebenarnya passion yang dimilikinya itu. Bakat mengajar tidak yakin, bakat jadi banker juga tidak, bakat jadi arsitek apalagi. Lalu apa passion-nya? jawabannya tetap saja bingung. Biasanya, hal ini terjadi pada mereka yang memang dalam kesehariannya lebih senang dengan kegiatan yang ringan dan santai bersama teman-teman.
Untuk itu, usahakan kenali bakat dalam diri, temukan, asah bakat tersebut dan dukung dengan mengambil jurusan yang tepat di bangku perkuliahan. Mengenali passion adalah modal penting untuk menjalani proses perkuliahan yang nyaman dan bekerja pada bidang yang memang sesuai dengan bakatnya.
Jika sudah terlanjur terjadi memilih jurusan yang tidak sesuai dengan keahlian diri, apa yang harus kita lakukan? Ada dua alternatif, yaitu dengan mengakrabi pekerjaan itu dengan cara menaklukkan dan lalu menghayati peran di dalamnya, atau dengan keluar, mencari yang baru yang sesuai, atau dengan membuka lahan pekerjaan baru secara mandiri berdasarkan passion.
Secara berkala perusahaan atau organisasi atau suatu lembaga akan melakukan assessment center selain tes kerja, guna mengetahui kompetensi diri dari pegawainya, yang bisa diketahui dan diukur dari penilaian kompetensi maupun pengukuran perilaku. Berikut ini adalah pembahasan mengenai kompetensi diri dan jenis-jenisnya dengan lebih lanjut.
Pengertian Kompetensi Diri
Kompetensi diri ialah merupakan kualitas diri, atau karakteristik seorang individu yang mendasar, yang merupakan bagian dari kepribadian seseorang yang sudah tertanam dan juga sudah berlangsung lama, yang akan dapat memprediksi reaksi dan perilakunya dalam berbagai situasi kerja dan menjadi menyebabkan serta salah satu latar belakang suatu tindakan perilaku dan kinerja atau performance.
Kata kompetensi itu sendiri berasal dari kata bahasa Inggris, yakni competency, yang mempunyai arti berupa kecakapan ataupun kemampuan, yang adalah merupakan suatu kombinasi dari pengetahuan, dan juga keterampilan serta sifat kepribadian yang bisa meningkatkan kinerja karyawan, sehingga diharapkan akan mampu memberikan kontribusi terhadap kesuksesan suatu organisasi atau perusahaan atau suatu lembaga.
Tiga Aspek Pilar Kompetensi
Tingkat kompetensi itu didukung oleh tiga aspek pilar, yakni sebagai berikut.
1. Pengetahuan atau Knowledge
Pengetahuan ini bisa ditambah dan dikembangkan dengan mengikuti pendidikan akademik secara formal.
2. Kemampuan atau Skill
Kemampuan atau keterampilan ini bisa diasah hingga menjadi makin mahir.
3. Tingkah Laku atau Attitude
Yakni sikap dan perilaku seorang individu. Aspek kompetensi diri yang satu ini sering disebut sebagai faktor gunung es yang tidak nampak di permukaan, sehingga agak sulit diketahui dengan jelas.
Sejarah Penilaian Kompetensi
Istilah penilaian kompetensi atau Competency assessment itu pertama kali diperkenal oleh seorang yang bernama David McClelland du tahun 1973 dalam suatu artikelnya dengan judul Testing for competence rather than for intelligence atau ialah Menguji Kompetensi daripada uji Kecerdasan.
Di sekitar tahun 1982 kemudian Boyatzis melakukan pengumpulan data komprehensif dengan mempergunakan metode McBer and Company yakni Job Competence Assessment atau penilaian Kompetensi Pekerjaan yang dilakukan di Amerika Serikat. Mulai saat itulah kemudian faktor kompetensi lantas menjadi faktor yang penting dalam berbagai pertimbangan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jenis Kompetensi
Jenis kompetensi bisa dibagi menjadi dua bagian, sebagai berikut.
Surface atau Permukaan yang Nampak
Bagian kompetensi yang dapat dilihat dan juga dikembangkan itu adalah surface competency atau kompetensi permukaan, yang nampak dari luar dan bisa lebih mudah untuk diukur, yakni pengetahuan dan juga keterampilan.
Core atau Inti
Sedangkan bagian kompetensi yang tidak dapat dilihat dan juga sulit untuk dikembangkan itu adalah core atau sentral atau inti kepribadian, yakni seperti sifat-sifat, dan motif, juga sikap serta value atau nilai-nilai.
Demikianlah pembahasan mengenai apa itu kompetensi diri dan jenis-jenis kompetensi. Semoga bermanfaat.
Tingkat kemampuan seseorang dalam bekerja sehingga bisa berkinerja unggul dibandingkan dengan rekan kerjanya yang lain seringkali disebut sebagai tingkat kompetensi. Kompetensi dapat diukur secara relatif dengan suatu instrumen penilaian kompetensi, salah satunya melalui teknik assessment center.
Selain itu ada juga pengukuran perilaku melalui tes psikometri, wawancara, role play, diskusi, dan lain-lain. Kesemuanya merupakan bagian dari alat tes dalam assessment center. Pembahasan mengenai kompetensi secara lebih lanjut bisa disimak sebagai berikut ini.
Definisi Kompetensi
Kompetensi adalah gambaran kemampuan individu dalam menuntaskan pekerjaan, merupakan kombinasi optimal dari skill, pengetahuan, dan attitude kerja sehingga dengan menguasai beberapa kompetensi tertentu seseorang bisa disebut mampu bekerja efektif. Kompetensi juga merupakan bagian karakteristik seseorang yang dibentuk dari pengalaman, pendidikan, dan lingkungan sosial. Tingkat kompetensi menjadi salah satu alat ukur untuk memprediksi sejauhmana kinerja atau performance akan ditampilkan karyawan.
Kata kompetensi itu berasal dari kata bahasa Inggris, yakni competency, yang memiliki arti kecakapan ataupun kemampuan. Orang yang cakap atau mampu bekerja seringkali disebut juga dengan orang yang kompeten. Ia berarti memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan (skill) dan sifat kepribadian yang membawanya menjadi karyawan yang kompeten, karyawan yang unggul dan mampu memberikan kontribusi terhadap kesuksesan organisasi.
Karenanya penting untuk melakukan penilaian kompetensi guna memprediksi perilaku karyawan dalam berbagai situasi kerja.
Sejarah Penilaian Kompetensi
Istilah penilaian kompetensi atau Competency assessment pertama kali diperkenalkan David McClelland di tahun 1973 dalam artikelnya yang berjudul Testing for competence rather than for intelligence. Di tahun 1982, Boyatzis melakukan pengumpulan data komprehensif dengan mempergunakan metode yang dikembangkan oleh McBer and Company, yakni Job Competence Assessment atau penilaian kompetensi kerja.
Mulai saat itulah kompetensi menjadi faktor penting untuk menilai kemampuan kerja karyawan dan menjadi pertimbangan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia.
Elemen Kompetensi
Terdapat tiga elemen kompetensi sebagai berikut:
Motives atau Motif
Motif adalah latar belakang mengapa seseorang memikirkan dan menginginkan sesuatu. Pemikiran yang konsisten muncul pada diri seseorang sehingga menyebabkannya mengambil tindakan. Motif memunculkan ciri-ciri atau trait pada diri seseorang. Motif juga memunculkan respon-respon yang konsisten dalam berbagai situasi formal ataupun informal.
Tindakan dan perilaku kerja seringkali didasari oleh motif-motif tertentu, sehingga memahami konsep diri, sikap, dan nilai-nilai yang dianut seseorang dapat memberikan gambaran tentang kemungkinan kinerja seorang karyawan.
Knowledge atau pengetahuan adalah informasi yang dimiliki oleh seorang individu dalam suatu area spesifik yang tertentu.
Skill atau keterampilan adalah kecakapan seorang individu untuk menampilkan tugas fisik ataupun tugas mental tertentu yang dibutuhkan untuk menuntaskan suatu pekerjaan.
Berdasarkan bagiannya, kompetensi bisa dibagi menjadi dua bagian, yakni:
Surface atau permukaan
Bagian kompetensi yang dapat dilihat dan dikembangkan disebut surface competency atau kompetensi permukaan. Kompetensi yang nampak dari luar dan lebih mudah diukur, yakni pengetahuan dan keterampilan atau keahlian.
Core atau Inti
Bagian kompetensi yang tidak dapat dilihat dan relatif sulit untuk diukur serta dikembangkan, disebut dengan core atau sentral atau inti, yakni sifat, sikap, dan motif, juga nilai-nilai. Bagian inti menjadi dasar bagaimana kompetensi seseorang ditampilkan atau dikembangkan.
Demikian sekilas tentang kompetensi. Semoga bermanfaat!
Pengukuran perilaku menjadi salah satu elemen dalam assessment center bersama dengan tes psikometri yang juga merupakan instrumen dalam rekrutmen dan pengembangan pegawai. Pengukuran perilaku digunakan untuk mengukur kompetens. Apa itu pengukuran perilaku?
Definisi Perilaku
Perilaku ialah tindakan ataupun aktivitas seorang individu yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung, yang memiliki bentangan yang sangat luas dan beragam.
Jenis-Jenis Perilaku
Perilaku dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu;
1. Perilaku Tertutup atau Covert Behavior
Perilaku tertutup adalah respon individu terhadap suatu stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Perilaku ini sulit diamati, dan masih terbatas dalam bentuk perhatian, persepsi, pengetahuan, atau kesadaran. Dapat juga berupa sikap yang terjadi pada seseorang yang menerima stimulus tersebut.
2. Perilaku Terbuka
Perilaku terbuka adalah respon individu terhadap stimulus yang sudah berwujud dalam bentuk suatu tindakan yang nyata ataupun terbuka. Respon terhadap stimulus sudah nampak jelas dalam bentuk tindakan ataupun praktek. Perilaku ini dapat dengan mudah diamati dan terlihat oleh orang lain.
Pengukuran Perilaku
Pengukuran perilaku bertujuan untuk mengetahui apa perilaku yang muncul setelah seseorang mengalami stimulus tertentu. Suatu instrumen pengukuran perilaku mengukurnya melalui pernyataan-pernyataan terpilih yang didapat dari respon yang diberikan. Instrumen ini telah diuji reliabilitas dan validitasnya sehingga akan dapat dipergunakan untuk mengungkap perilaku subyek tes atau responden.
Cara pengukuran perilaku dilakukan dengan meminta subyek tes untuk memberikan respon dengan memilih jawaban dari pilihan sikap perilaku yang ada pada lembar tes pengukuran perilaku. Salah satu skala yang digunakan adalah skala Gutman. Respon kemudian dapat diberi skor nilai, misal, setiap jawaban ya akan diberi skor nilai 1 dan untuk jawaban tidak akan diberi skor nilai 0.
Perilaku atau sikap itu bukan suatu hal yang statis, namun dapat berubah atau diubah, meski mungkin akan memerlukan waktu yang lama. Perubahan perilaku tersebut dapat terbagi menjadi sebagai berikut;
1. Perubahan Alamiah (Neonatal Change)
Perilaku manusia akan selalu berubah sebagian perubahan itu sendiri bersifat temporer. Perubahan perilaku ini disebabkan karena suatu kejadian yang alamiah, seperti ketika dalam suatu masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan pada lingkungan fisik atau sosial, kemudian mengubah budaya serta ekonomi maka anggota masyarakat didalamnya, maka perilaku masyarakat atau individu dalam masyarakat tersebut akan secara alamiah mengalami perubahan.
2. Perubahan Terencana (Planned Change)
Perubahan perilaku secara terencana ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh sang subyek, yang cepat lambatnya akan sangat dipengaruhi oleh kesiapan dan kemauan untuk berubah atau readiness to change.
Bagian HRD atau bagian sumber daya manusia selain menyelenggarakan assessment center untuk mengetahui tingkat kompetensi, juga melakukan penilaian kompetensi untuk program pengembangan pegawai. Proses rekrutmen juga dapat menggunakan assessment center guna menyaring kandidat menggunakan kriteria kompetensi. Selain assessment center, apa saja tes lain yang menjadi dasar perusahaan untuk melakukan seleksi kandidat? Berikut adalah beberapa alat ukur yang biasa digunakan:
Psikotes
Istilah psikotes hanya ada di Indonesia. Ini istilah informal yang menunjukkan bahwa seleksi mengukur aspek psikologis individual yang mencakup kecerdasan, sikap, dan kepribadian. Alat psikotes yang sering digunakan oleh biro konsultasi psikologis diantaranya Wartegg, Krapelin, IQ test, tes grafis, EPPS, dan TAT. Ada banyak sekali bocoran alat-alat ini jika kita meng-google. Namun demikian, bocoran tersebut belum tentu benar karena ini hanya salah satu alat dan mengukur kepribadian membutuhkan beragam alat ukur, termasuk wawancara karena itu akan lebih baik jika tidak terlalu percaya dengan bocoran-bocoran tersebut. Tidak perlu khawatir dalam menjalani psikotes ini, tak perlu juga melakukan persiapan yang berlebihan. Perhatikan stamina saat tes, tidur yang cukup, juga makan dan minum yang cukup sebelum menjalani psikotes. Konsentrasi tinggi dibutuhkan saat menjalani tes ini supaya hasilnya bisa maksimal.
Tes Psikometri
Pada prinsipnya psikotes adalah juga tes psikometri. Tes psikometri menunjukkan bahwa alat ukur tersebut dibangun dengan pendekatan psikometri. Alat tes yang dibangun dengan pendekatan psikometri akan menjadi alat ukur yang reliabel dan valid karena memang dibangun dengan teknik-teknik ilmiah yang terjaga. Penyebutan tes psikometri menunjukkan bahwa perusahaan memilliki alat psikometri yang khas, tergantung tujuan dibangun. Alat tes ini bisa dibangun dengan beragam tujuan, salah satunya untuk mengukur kecerdasan, kepribadian, minat, integritas, sikap kerja, dan kompetensi tergantung perusahaan ingin membangun tes psikometri untuk tujuan apa. Nah, jika perusahaan menyebutkan tes psikometri, berarti kita tahu bahwa ini adalah tes psikologis yang dibuat oleh perusahaan itu sendiri untuk mengukur aspek psikologis kita. Bisa jadi alat ini mengukur kompetensi atau bisa juga mengukur sikap kerja atau lainnya. Karena sama-sama mengukur aspek psikologis, seperti juga psikotes, persiapan yang sama perlu dilakukan. Yakin juga sama diri sendiri. Semakin kamu percaya dengan kemampuan sendiri, semakin yakin kamu menjawab. Tapi jika sudah tidak percaya diri, maka akan semakin ragu-ragu yang berpotensi membuat kamu semakin ‘jatuh’.
Jika persyaratan administrasi sudah sesuai dan lolos, maka sebenarnya tidak perlu merasa khawatir, karena bisa dipastikan bahwa kandidat telah memenuhi persyaratan minimal yang dibutuhkan perusahaan, termasuk keterampilan dasar minimal, tinggal berusaha untuk lebih konsentrasi dalam berusaha supaya bisa mencapai skor nilai yang tinggi dibandingkan kandidat atau peserta tes, yang lain. Persiapan lain yang tak kalah penting adalah berdoa dan sarapan secukupnya, agar tidak mengalami gangguan konsentrasi dan agar dapat menjalani tes dengan lancar.
Tes Wawancara
Wawancara menjadi tahapan yang pasti ada dalam seleksi kerja. Dalam wawancara kandidat akan bertemu dengan calon atasan atau orang HRD. Ada banyak sekali tips dan trik wawancara di internet. Kamu bisa juga cek ke www.konsultankarir.com. Website ini menyediakan banyak sekali artikel persiapan wawancara yang bisa jadi kamu butuhkan untuk membantu kamu lebih siap dalam wawancara. Intinya, dalam wawancara pastikan untuk selalu jujur dengan cara tepat. Kejujuran itu sangat penting, namun juga jika itu hal yang kurang baik, pastikan bahwa kamu telah belajar dari kesalahan tersebut. Kandidat yang bersikap sopan dan jujur, serta optimis dan menjawab tiap pertanyaan yang diajukan dengan taktis dan cerdas, akan lebih menarik bagi pewawancara dibandingkan kandidat yang jujur, tapi naïf. Ingat juga untuk berpakaia rapi dan bersih.
Bagi fresh graduate yang baru saja lulus kuliah, pasti ingin segera dapat bekerja. Nah, tahap yang harus dilalui adalah menjalani tes kerja. Biasanya setelah semua persyaratan administrasi lengkap dan lolos administrasi, maka bersiaplah untuk menjalani tes ini. Tes kerja ditujukan untuk mengetahui kompetensi kandidat yang akan direkrut. Salah satunya bentuknya adalah assessment center, dengan metode pengukuran perilaku. Melalui uji kompetensi dalam assessment center, kandidat yang lolos tes ini akan direkrut perusahaan. Terdiri dari apa saja tes kerja dalam assessment center? Berikut ini ulasannya
Tes Inteligensi (IQ)
Tahapan pertama suatu proses tes kerja itu antara lain adalah tes kemampuan, yakni guna mengetahui tingkat inteligensi atau kecerdasan kandidat, para pelamar, sesuai kebutuhan masing-masing perusahaan atau lembaga.
Tes Kompetensi
Tes kompetensi mencakup pengetahuan, ketrampilan (skill), dan sikap (attitude) kandidat dalam bekerja. Tes kompetensi biasanya terdiri dari dua jenis. Kompetensi teknis dan kompetensi soft skill atau non-teknis. Contoh kompetensi teknis adalah kemampuan mekanika untuk posisi di bagian produksi atau kemampuan keuangan untuk calon staf keuangan. Kompetensi soft skill merupakan kompetensi yang menunjang keberhasilan seorang kandidat untuk berkinerja unggul, contoh kemampuan merencanakan dan mengelola pekerjaan, kemampuan bekerjasama, atau kemampuan kepemimpinan. Setiap perusahaan memiliki tes kompetensi yang berbeda-beda, sangat tergantung dari bidang usaha perusahaan. Jadi materi tesnya bisa sangat bervariasi, yakni sebagai contoh diskusi kelompok dan analisis kasus adalah yang biasa digunakan untuk menilai tingkat kompetensi kandidat.
Persiapan yang perlu dilakukan kandidat sebelum menjalani tes ini adalah mempersiapkan diri. Mulai dari tidur yang cukup dan sarapan. Tes ini biasanya cukup melelahkan dan membutuhkan stamina. Semakin siang, akan semakin banyak tugas yang harus diselesaikan karena itu perlu membuat stamina terjaga. Disamping itu, jika di salah satu materi tes merasa gagal, lupakan saja. Fokuskan diri untuk menjalankan tes berikutnya dengan lebih baik. Konsentrasi sangat diperlukan untuk memberikan hasil yang baik.
Tes Psikometri atau tes spesifik, misal tes kepribadian
Tes ini untuk mengetahui apakah kepribadian dan kondisi kejiwaan kandidat sesuai dengan persyaratan kriteria yang dibutuhkan oleh perusahaan. Menggunakan alat tes psikometri yang sesuai dengan tujuan pengukuran, selanjutnya dilakukan evaluasi dan penilaian. Para kandidat tidak perlu khawatir dalam menjalani tes ini, tak perlu juga melakukan persiapan yang berlebihan, yakni yakin pada diri sendiri dan berdoa. Jawaban tidak usah terlalu dipikirkan, karena biasanya jawaban yang terlalu dipikirkan malah akan membuat hasil tidak konsisten. Jadi saran terbaik adalah jadilah diri terbaik saat menjawab tes sejenis ini.
Tes Wawancara
Berikutnya adalah tes wawancara. Pada tes ini sebaiknya kandidat bersikap sopan, jujur, dan percaya diri. Penting untuk menunjukkan antusiasme dan optimisme untuk menjawab tiap pertanyaan wawancara dengan taktis dan cerdas. Berpakaian yang rapi dan bersih, pastikan juga untuk tersenyum dan berjabat tangan dengan pewawancara.
Lulus bingung, nggak lulus bingung. Yup, itulah slogan para freshgraduate yang saat belum lulus, bingung. Setelah lulus pun mumetnya bukan main. Utamanya bagi mereka yang tinggal di Indonesia, lahan pekerjaan semakin sempit, sementara itu skill yang dicari oleh perusahaan juga semakin kompetitif. Terus, harus pesimis gitu? Tidak dong pastinya! Banyak jalan menuju Roma. Katanya nih ya, siapa yang mau berusaha sekuat tenaga, berdoa tak henti-henti, dan tak lupa berserah diri, keberuntungan akan menghampiri. Baiklah, doa dan tawakkal adalah urusan pribadi masing-masing. Usaha adalah langkah yang bisa kita tempuh. Berikut ini tips lolos seleksi tes kerja untuk freshgraduate berikut ini.
Persiapan Psikotes
Psikotes bisa dikata merupakan tes yang menakutkan. Kenapa demikian? tidak lain karena bagi mayoritas orang, tes ini tidak pernah dialami, yang tidak seperti matematika, bahasa inggris, science, dan sebagainya. Walau begitu, tidak berarti mustahil untuk mewujudkan impian lulus tes psikotes yang tujuannya adalah untuk mengetahui kompetensi kognitif dan perilaku calon staf. Kamu, para freshgraduate yang saat ini sedang ketar-ketir menghadapi tes kerja yang satu ini, berikut tipsnya!
Persiapan Wawancara
Jenis tes wawancara tidak se-privat jenis tes tulis yang lain. Tes tulis berlangsung antara kamu dan kertas soal yang dihadapi. Lain halnya dengan tes wawancara yang berlangsung antara kamu dan pewawancara. Berikut ini tips menaklukkan sesi wawancara antara lain dengan cara:
Persiapan Tes Kesehatan
Cari tahu apa saja persyaratan tes kesehatan pada instansi tersebut. Jika memang kamu terbukti dalam keadaan sehat, atau tidak memiliki masalah kesehatan yang berdampak pada menurunnya kualitas kerja, kamu bisa apply, namun jika kondisi sebaliknya yang terjadi, maka apply di instansi lain yang sesuai dengan kondisi kesehatan fisik tentunya lebih disarankan.
Coaching adalah kemitraan antara klien (Anda) dan coach melalui proses yang kreatif, menggugah pemikiran, dan menginspirasi Anda untuk memaksimalkan potensi personal dan profesional (definisi ICF). Dalam dunia kerja yang semakin kompleks dan penuh ketidakpastian, memiliki seorang coach tentunya akan sangat membantu kita untuk terus tumbuh, berkembang, dan sukses.
Mengapa?
Karena seorang coach dapat membantu Anda mengenali blind-spot, membantu Anda mencapai tujuan, membuat Anda berkomitmen atas tujuan Anda dan yang paling penting, coach membantu kita menjadi diri kita yang lebih baik.
Coaching didasari keyakinan bahwa Anda dapat menciptakan kondisi-kondisi yang dapat mendukung tercapainya tujuan dan kesuksesan Anda. Fokus coaching adalah mengeluarkan yang terbaik dalam diri Anda.
Coaching tak lain dan tak bukan adalah sebuah proses perubahan untuk pertumbuhan, rangkaian kemajuan untuk hidup yang lebih bermakna.
Coaching membantu Anda berpindah dari kondisi ‘stuck’ atau penuh ‘duri’ ke kondisi atau tempat yang lebih baik, dengan cara mengajak Anda untuk memahami perspektif, keyakinan, skill, motivasi, atau sikap Anda sendiri sehingga mampu menemukan solusi Anda sendiri dan menjalankan solusi tersebut dengan penuh kesadaran dan komitmen.
Untuk itulah proses coaching menuntut seorang coach untuk mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat yang dapat mengungkit kesadaran Anda sehingga memunculkan ‘a-ha’ dalam diri Anda. Relasi antara Anda dan coach adalah relasi kuat yang didasari sifat hakiki manusia, yakni kasih sayang.
Coach profesional menghormati dan menghargai Anda selaku pemilik dan pemegang kendali penuh atas hidup Anda. Anda adalah expert atas diri Anda sendiri. Coach profesional meyakini bahwa setiap orang memiliki kreatifitas, kepandaian, dan keunikannya sebagai individu dan mampu menjalani hidupnya dengan independen.
Fungsi seorang coach membantu Anda menyadari kekuatan diri sendiri dan memastikan bahwa Anda memiliki pemahaman, pengetahuan, dan motivasi untuk sukses dan mencapai tujuan Anda dengan lebih efektif.
Bagaimana mengetahui keberhasilan proses coaching?
Keberhasilan coaching dapat diketahui dari bagaimana Anda secara dramatis meningkatkan pandangan Anda terhadap pekerjaan dan kehidupan Anda sendiri, sekaligus juga meningkatkan keahlian memimpin diri sendiri dan membuka potensi diri Anda. Inilah manfaat sesungguhnya coaching.
Manfaat lainnya:
• belajar menyelesaikan masalah sendiri dan menjadi akuntabel.
• belajar menemukan diri sendiri.
• belajar menerima tanggung jawab dan berkomitmen.
• belajar mengembangkan adaptabilitas yang lebih tinggi terhadap perubahan.
• belajar membangun hubungan interpersonal yang membawa dampak positif.
• belajar mencapai tujuan dengan lebih efektif
Jika saat ini Anda sedang ‘stuck’ atau gamang dengan karir atau kehidupan profesional Anda, mungkin ini saatnya Anda bekerjasama dengan coach.
Sukses!
*ICF = International Coach Federation (www.coachfederation.org)