Our Perspectives

Langkah Tepat Asesmen Diri Untuk Mengembangkan Karier

Jika Anda ingin mengembangkan karier yang Anda miliki, maka asesmen diri  menjadi hal pertama yang harus diperhatikan.

Mengapa demikian? Pasalnya dengan melakukan asesmen diri Anda dapat mengetahui dengan pasti kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Dengan demikian, ketika ingin mengembangkan karier, Anda sudah mengetahui hal apa saja yang harus Anda tingkatkan dan perbaiki agar karier Anda dapat tumbuh dengan lebih mudah.

Berbicara mengenai asesmen diri sendiri yang berkaitan dengan pencapaian tujuan, umumnya lebih ditekankan pada performa seseorang. Dengan kata lain, ketika Anda ingin mengembangkan karier, maka proses asesmen Anda mengarah pada pencapaian tujuan dengan tingkat yang lebih tinggi. Karena itu usaha yang dilakukan tentunya harus lebih keras pula.

Beberapa waktu terakhir asasmen diri justru dilakukan dengan cara berbeda, yaitu melalui asesmen otentik, yakni mengacu pada kemampuan-kemampuan unik individual dan merupakan skill yang dicari perusahaan. Hal ini jelas memicu persaingan yang semakin ketat.

Bahkan, mengharuskan setiap orang untuk memiliki kompetensi tinggi. Dengan demikian, Anda memiliki nilai jual dan dapat terus eksis dalam persaingan. Karena itulah setiap orang harus terbiasa dengan melakukan asesmen terhadap dirinya sendiri.

Berikut ini beberapa langkah dalam melakukan asesmen diri sendiri untuk melakukan pengembangan karier dengan lebih mudah, diantaranya :

1. Pastikan untuk memilih komponen kriteria penilaian diri sendiri dengan lebih tepat dan sesuai rencana karir Anda ke depan.

2. Memastikan bahwa Anda mengerti kriteria penilaian yang telah disiapkan dan bagaimana cara kerjanya.

3. Memberikan umpan balik pada diri Anda sendiri secara obyektif agar dapat menjawab asesmen atau penilaian terhadap diri sendiri dengan sebaik-baiknya.

4. Mengarahkan asesmen pada pembagian tujuan serta rencana kerja selanjutnya dengan lebih terarah dan sesuai dengan tingkatan yang telah ditetapkan.

Mengenal Assessment Center

Guna mengetahui kompetensi seseorang, baik itu untuk keperluan tes kerja atau untuk keperluan promosi, maka sering dilakukan suatu penilaian kompetensi dengan mengukur perilaku yang merupakan bagian dari assessment center. Simak pembahasan lebih lanjut berikut ini.

Apa itu Assessment Center?
Assessment Center merupakan metode penilaian yang digunakan untuk menilai kompetensi perilaku dan juga mengevaluasi kapasitas seorang karyawan secara komprehensif, berdasarkan model kompetensi tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian kompetensi dilakukan dengan cara sistematis berdasarkan hasil kerja yang ditunjukkan selama proses assessment center. Melalui pengukuran atau penilaian yang diperoleh tersebut, perusahaan akan mendapatkan gambaran mengenai tingkat kompetensi spesifik individu sesuai dengan yang dituntut dalam persyaratan jabatan. Metode tersebut biasa digunakan untuk menilai kemampuan kandidat yang akan menempati posisi tertentu atau untuk mengetahui kesiapannya dalam posisi yang lebih tinggi, untuk kepentingan suatu promosi jabatan.

Berbagai Jenis metode penilaian yang dipakai dalam Assessment Center

Metode pada assessment center berupa rangkaian aktivitas ataupun simulasi yang diberikan kepada peserta assessment, beberapa diantaranya yakni’

Case Analysis

Peserta dihadapkan pada suatu jenis permasalahan dalam bentuk suatu kasus tertentu. Lalu peserta akan diminta untuk menunjukkan kemampuannya dalam mengidentifikasi masalah dari kasus tersebut dan memberikan rekomendasi terkait solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Leaderless Group Discussion

Peserta diminta untuk membuat suatu kemungkinan solusi atas kasus tertentu dan mendiskusikannya ke dalam suatu kelompok kecil untuk kemudian dapat dihasilkan keputusan bersama mengenai permasalahan yang dihadapi.

Role Play

Peserta dihadapkan pada permasalahan dalam kantor aatau dalam tim kerja, kemudian peserta menjalankan peran tertentu untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dengan menjalankan peranny dan dihadapkan pada pihak lain yang terkait dalam kasus yang harus diatasi.

In Basket

Peserta dituntut untuk menangani setumpuk dokumen dengan beragam aktivitas dan harus ditindaklanjuti. Termasuk melakukan pengelolaan kerja, melakukan pengambilan keputusan, dan menyusun prioritas dari setumpuk tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Behavioral Event Interview

Peserta akan menjalankan proses wawancara terstruktur dengan asesor, untuk menggali kompetensi berbasis perilaku yang dinilai.

Tugas Pokok Assessor 

Tugas pokok asesor dapat dirumuskan dalam istilah O R C E, yaitu Observe, Record, Classify, Evaluate.

Observe behaviors and Read responses

melakukan observasi perilaku dengan beberapa jenis tes dan mencermati respons yang dituliskan oleh peserta pada sejumlah tes dan simulasi. Pada tahap ini asesor hanya mengobservasi perilaku dan tidak melakukan evaluasi ataupun penilaian.

Record
melakukan recording atau membuat catatan terhadap perilaku-perilaku yang diamati atau juga terhadap respons tertulis dari para peserta kandidat. Asesor melakukan pencatatan sedetil mungkin pada tahapan ini, serta melakukan proses recording berdasar bukti-bukti perilaku dengan secara detil.

Classify
Melakukan klasifikasi dan mengkategorikan respon peserta indikator kompetensi yang relevan. Pada tahap ini asesor harus mampu mengidentifikasi perilaku atau respon peserta ke dalam kategori yang dibuat dan menyusun bukti-bukti pendukung.

Evaluate
Tahap paling akhir adalah melakukan evaluasi dan memberikan rating untuk tiap kompetensi berdasarkan hasil di tahap klasifikasi. Evaluasi dan penilaian didasarkan pada bukti-bukti perilaku yang telah diperoleh, baik itu yang hasilnya positif maupun yang negatif.

Demikian sekilas tentang metode dan tahapan kerja asesor dalam Assessment Center.

Asesmen psikologis di tempat kerja

Pernahkah Anda mendengar DISC, MBTI, NEO-PI-R, dan HPI? Ini adalah sedikit contoh instrumen yang sering digunakan dalam proses merekrut atau mengembangkan pegawai.

Ada banyak lagi instrumen lainnya yang sering digunakan oleh perusahaan. Bahkan tidak jarang perusahaan menggunakan instrumen yang dikembangkan sendiri untuk dapat menjaring calon pegawai yang cocok dengan misi dan visi perusahaan. Proses asesmen seringkali mensyaratkan penggunaan beragam instrumen. Mengapa? Karena hanya menggunakan satu instrumen saja tidak cukup untuk mengetahui aspek-aspek mental seseorang. Untuk mengukur kecerdasan intelektual, digunakan IQ test, sementara untuk mengukur kepribadian ada lagi instrumen lainnya. Belum lagi jika ingin mengukur sikap kerja, tingkat stress, kepemimpinan, dan lain sebagainya.

Seberapa efektif kah penggunaan instrumen-instrumen psikologis ini?

Sangat efektif untuk mendapatkan informasi yang akurat terkait aspek mental individu, terutama kesiapan untuk terjun ke dunia kerja. Perusahaan tentunya tidak ingin asal merekrut, semakin strategis posisi yang ditawarkan akan lebih baik jika perusahaan mendapatkan informasi mendalam dari aspek psikologis calon pegawai dan bukan semata kemampuan teknis yang andal.

Bagaimana kah dengan calon pegawai yang akan di-ases?

Mau tidak mau suka atau tidak suka, calon pegawai harus menjalaninya jika itu bagian dari proses rekrutmen. Menjalani prosesnya dengan menjadi diri sendiri adalah lebih baik daripada berupaya menjadi orang lain atau berusaha menyesuaikan setiap pilihan jawaban. Ketidak-konsistenan akan terlihat jika jawaban-jawaban yang diberikan saling bertolak belakang antara instrumen yang satu dengan yang lain. Banyak sekali instrumen yang memiliki indikator silang antara instrumen yang satu dengan yang lain sehingga akan terlihat jawaban yang konsisten atau tidak.

Sejauhmana penerapan asesmen psikologis dilakukan di tempat kerja?

Saat ini di Indonesia semakin banyak yang menggunakan asesmen psikologis. Bahkan banyak perusahaan besar, telah mengembangkan bentuk asesmennya sendiri, sehingga akan berbeda satu dengan yang lainnya, tidak semata menggunakan psycho-test yang sepertinya sudah menjadi standar masa lalu.

Tren yang terlihat bahwa semakin besar perusahaan, semakin spesifik instrumen yang mereka gunakan untuk proses rekrutmennya. Hal ini karena biasanya berkaitan juga dengan proses training dan development yang akan diberikan untuk pegawai tersebut.

Asesmen psikologis yang saat ini sedang naik daun adalah assessment centre. Ini mengacu pada pengukuran kompetensi individu. Sejauhmana calon pegawai mampu dan kapabel mengisi posisi yang ditawarkan sekaligus juga membedakan antara individu yang mampu berkinerja tinggi dengan kinerja rata-rata. Proses yang dijalani dalam assessment centre biasanya lebih panjang dibandingkan proses asesmen yang standar.

Bahkan dengan berkembangnya teknologi, dipastikan akan semakin beragam instrumen psikologis ataupun asesmen yang digunakan di masa depan.

Tidak bekerja di profesi bergaji tinggi? Bukan berarti kegagalan

Profesi bergaji tinggi sudah pasti akan menjadi incaran banyak orang. Jika Anda tidak mendapatkannya, janganlah berkecil hati. Mengapa? Inilah alasannya!

1. Punya gaji besar itu impian, tapi realistis saja!

Anda mungkin berharap bisa memiliki pekerjaan dengan gaji besar. Tapi jika saat ini yang Anda jalani adalah pekerjaan dengan gaji kecil ya jalani saja. Hindari mengawang terlalu jauh. Anda harus realistis menghadapi kenyataan.

Dengan realistis menghadapi kenyataan, maka Anda akan belajar ilmu yang sulit dipelajari, yaitu ikhlas. Ketika Anda sudah ikhlas menjalaninya, maka mudah-mudahan pekerjaan gaji kecil yang Anda miliki sekarang akan membawa kesuksesan. Yang jelas, Anda tidak menjadi orang yang gagal.

2. Pekerjaan gaji besar belum tentu membawa kebahagiaan

Hal yang sebenarnya Anda butuhkan di dunia ini adalah kebahagiaan dan ketenangan. Nah, keduanya itu ada di hati. Bagaimana mungkin Anda bisa bahagia jika hati gelisah? Bagaimana Anda bisa tenang, jika hati resah? Kegelisahan ini bisa diawali dari kebingungan menata gaji kecil atau justru bingung menghabiskan gaji besar, mungkin.

Tenang dan bahagia bisa membuat seseorang menjadi lebih sehat. Sebaliknya, kegelisahan adalah sumber penyakit mental. Kebahagiaan juga membuat Anda mengerti arti bersyukur. Karena Anda masih punya pekerjaan dibanding teman Anda yang mungkin masih kebingungan mencari pekerjaan.

Soal Anda ingin mencoba lagi melamar kerja di profesi bergaji tinggi bisa diatur. Kelak jika kesempatan terbuka lagi Anda bisa mencoba melamarnya lagi.

3. Perhatikan orang-orang di sekitar

Seperti disebutkan tadi, Anda harus melihat ke bawah (orang-orang sekitar Anda). Siapakah teman-teman yang sudah bekerja dengan gaji yang lebih kecil dari Anda?

Hindari melihat ke atas terus – melihat pekerjaan gaji lebih besar, hanya karena Anda belum mendapatkannya, cenderung membuat Anda semakin gelisah. Anda akan lebih pegal karena selalu melihat “kehijauan” rumput tetangga. Rasa iri akan membawa kesulitan bagi diri sendiri, karena Anda memikirkan yang tidak Anda punyai.

4. Semua Berproses

Segala sesuatu itu memerlukan proses. Anda harus mempercayai hal ini. Jadi, jika Anda saat ini baru diberi kesempatan mendapatkan gaji kecil, maka Anda harus terus berproses untuk mengembangkan diri dan semakin berkompeten. Ketika waktunya tiba, Anda menjadi lebih mudah mendapatkan gaji besar.

Selain itu, Anda bisa mencari pekerjaan sampingan yang memberikan penghasilan tambahan. Seberapa pun besarnya penghasilan dari pekerjaan sampingan ini, Anda tetap harus bersyukur.

Kesimpulan

Ingin mendapatkan gaji besar di profesi bergaji tinggi? Tentu hal yang perlu Anda lakukan adalah mengenali diri sendiri. Salah satu cara mengenali diri sendiri adalah dengan melakukan asesmen terhadap diri sendiri atau ikut serta diri pada tes-tes yang ada di luar sana. Anda bisa mengembangkan diri berdasarkan hasil tersebut sehingga bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji besar. Walau, yang terpenting adalah seberapa besar potensi Anda terwujud dibandingkan mengejar profesi bergaji tinggi semata.

Tiga Metode dalam Asesmen Kompetensi

Asesmen merupakan hal krusial bagi perusahaan.  Dengan melakukan asesmen, perusahaan dapat menilai kompetensi saat ini yang dimiliki karyawan secara obyektif.  Dengan penilaian yang obyektif, maka bisa dipakai untuk mengukur kinerja karyawan di masa depan.

Asesmen bisa dilakukan oleh bagian HRD sebagai bentuk asesmen internal atau bisa dilakukan oleh lembaga independen yang menyediakan jasa asesmen. Mengapa perusahaan melakukan asesmen?

Melalui asesmen, perusahaan memiliki dasar untuk menilai kemampuan kerja karyawan yang hasilnya bisa digunakan untuk menyusun program pengembangan karyawan, termasuk melakukan kaderisasi kepemimpinan dalam perusahaan. 

Ada beberapa metode yang digunakan untuk melakukan asesmen terkait kompetensi kerja. Berikut ini tiga metode yang secara umum sering digunakan:

Analisis Kasus

Metode ini mengharuskan karyawan untuk melakukan analisis secara rinci terkait kasus tertentu yang diajukan. Dari analisis kasus, dapat diukur bagaimana kemampuan karyawan memahami dan menguasai masalah serta menjelaskan sudut pandang mereka. 

Kompetensi problem solving, menyusun strategi, membangun rencana, dan mengatur tugas seringkali diukur melalui metode ini.  Bagaimana karyawan menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah secara tepat dapat dilihat dari analisis yang dilakukannya.

Presentasi

Metode ini bertujuan untuk melihat bagaimana kemampuan karyawan dalam menjelaskan pemikiran dan pendapatnya dengan efektif. Sudah pasti kompetensi komunikasi menjadi kompetensi yang dinilai dari metode ini.

Melalui presentasi, juga dapat diukur kemampuan karyawan untuk membangun hubungan, memunculkan impresi, dan meng-influence untuk memberi pengaruh positif. Kemampuan komunikasi verbal merupakan kemampuan esensial yang dapat dijadikan pertimbangan apakah karyawan layak untuk mendapatkan posisi pemimpin atau tidak.

Role Playing

Simulasi berupa interaksi tatap muka secara interpersonal antar karyawan dengan role player terkait kasus tertentu. Melalui role playing, dapat dinilai secara spesifik kompetensi karyawan dalam hal negosiasi, komunikasi, dan membangun hubungan.  Role playing menjadi metode krusial dari rangkaian tes karena bisa mengukur secara efektif bagaimana kemampuan karyawan dalam menindaklanjuti sebuah masalah secara langsung.

Peran Self-Inventory dan Wawancara untuk Pengembangan Karir

Setiap karyawan tentu memiliki harapan untuk mendapatkan posisi yang lebih baik atau peningkatan karir. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, karyawan bergantung pada penilaian perusahaan, baik dalam penilaian kinerja maupun penilaian kompetensi. 

Penilaian kompetensi atau asesmen kompetensi dilakukan perusahaan guna menilai tingkat kecakapan kompetensi sehingga karyawan layak diberikan posisi jabatan yang lebih tinggi atau dipromosikan oleh perusahaan.

Bukan hanya asesmen kompetensi, tetapi juga ada beberapa asesmen lainnya yang dapat dipilih oleh perusahaan untuk menilai dan mengembangkan karir para karyawan.  Self-Inventory dan wawancara termasuk dua metode yang seringkali digunakan oleh perusahaan.

Berikut ini adalah peran self-inventory dan wawancara sebagai alat bantu menilai kelayakan karyawan untuk mengembangkan karir karyawan atau mendapatkan promosi jabatan.

Self-Inventory

Self-Inventory atau self-preference memiliki tujuan untuk mengetahui preferensi karyawan. Metode ini memungkinkan perusahaan mengetahui bagaimana cara karyawan memandang diri mereka sendiri, termasuk dalam menilai lingkungan pekerjaan, sikap, cara kerja, hingga motivasi kerja.

Self-inventory memiliki beragam bentuk isian kuesioner yang terdiri dari banyak item yang perlu dijawab, termasuk juga kuesioner berbentuk tes dan isian berupa esai merupakan bagian dari penggambaran tentang diri sendiri. Hasil akhir self-inventory adalah bagian yang tak terpisahkan dari beragam alat tes lainnya.  Self-inventory dapat mempengaruhi keseluruhan hasil penilaian sehingga tidak boleh dianggap remeh.

Wawancara

Setiap perusahaan dapat menerapkan sistem wawancara yang berbeda untuk melakukan asesmen. Secara umum, pertanyaan-pertanyaan wawancara untuk pengembangan karir biasanya berpedoman pada standar karakter dan indikator yang telah ditetapkan dalam sebuah model kompetensi.  Dengan menggunakan standar dari model kompetensi maka pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara menjadi lebih terstruktur.

Wawancara kompetensi juga dapat memberikan gambaran mengenai cara kerja dan sikap karyawan dalam mengembangkan diri mereka sendiri, termasuk juga bagaimana karyawan mengatasi rasa bosan atau menyemangati diri sendiri saat bekerja. Hasil akhir dari wawancara menjadi bagian yang tak terpisahkan dari penilaian keseluruhan.  Salah satu kegunaan wawancara adalah perusahaan menjadi lebih mengenali dan mengetahui karakter setiap karyawan, termasuk memiliki gambaran lebih baik terkait sudut pandang karyawan terbaru mengenai beragam kondisi yang dihadapi perusahaan. 

Dengan demikian, self-inventory dan wawancara adalah metode yang tidak bisa dilewatkan oleh perusahaan, karena selain perusahaan mendapatkan gambaran tentang karyawan untuk pengembangan karir, perusahaan juga mendapatkan perspektif segar dari karyawannya untuk membantu pertumbuhan perusahaan.

Dua Jenis Asesmen Pengembangan Karir

Pengembangan karir merupakan hal yang penting bagi para karyawan agar produktivitas kerja di tempat kerja meningkat. Sebelum melakukan pengembangan karir, sebuah perusahaan perlu melakukan asesmen terlebih dahulu sebagai modal awal bagi perusahaan untuk mengetahui pengembangan karir yang tepat untuk karyawan tersebut.

Ada beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan asesmen terhadap kinerja karyawan. Instrumen tersebut biasanya merupakan beberapa tes yang tersebar untuk mengukur berbagai macam aspek.

Setiap tes yang diberikan memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda-beda sesuai tujuan alat tes tersebut dibangun. Misal, untuk mengukur tingkat kompetensi karyawan apakah sudah sesuai  atau untuk mengenali potensi karyawan untuk dikembangkan lebih jauh. Berikut ini adalah beberapa contoh tes atau asesmen yang dapat dilakukan oleh perusahaan terhadap para karyawan.

Tes Psikometri

Psikometri merupakan tes yang bertujuan untuk mengenali aspek mental psikologis individu. Ada beragam jenis tes psikometri yang tersedia, baik yang dibangun oleh perusahaan sendiri maupun yang diciptakan oleh lembaga asesmen atau psikologi. Salah satu contoh tes psikometri yang popular adalah tes potensi kognitif karyawan. Tes ini banyak jenisnya juga. 

Yang pasti setiap tes psikometri yang digunakan, wajib lolos uji validitas dan reliabilitas sehingga alat tes tersebut memiliki standar ilmiah yang bisa dipercaya. Selain potensi kognitif, tes psikometri juga dapat disusun untuk mengukur beberapa aspek yang terdiri dari penalaran verbal, angka, dan abstraksi. Ketiganya memiliki peranan penting untuk memilih karyawan yang menempati jabatan-jabatan managerial.

Soal-soal Asesmen

Soal-soal asesmen digunakan dalam rangkaian untuk menilai kompetensi karyawan yang selanjutnya digunakan untuk mengembangkan karyawan lebih spesifik berdasarkan hasil penilaian kompetensi tersebut. Peran asesmen dalam pengembangan karir ini akan membantu perusahaan mengenali kompetensi-kompetensi unggul para karyawan. Dari hasil penilaian asesmen perilaku, perusahaan dapat melakukan analisa terhadap setiap karyawan apakah mampu memenuhi standar kecakapan kompetensi untuk suatu posisi atau tidak.

Tiga Peran Asesmen Dalam Pengembangan Karir

Setiap perusahaan perlu melakukan asesmen atau penilaian secara berkala bagi para karyawannya. Ada banyak pilihan instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian terhadap karyawan.  Diantaranya, assessment center, tes psikometri, penilaian oleh atasan dan rekan kerja, dsb.

Nantinya hasil penilaian tersebut dapat menjadi pedoman untuk melakukan pengembangan karir karyawan. Berikut ini beberapa peran asesmen dalam pengembangan karir.

Mengetahui Kemampuan Karyawan

Fungsi utama asesmen adalah melakukan penilaian terhadap kemampuan kerja karyawan termasuk kemampuan kognisi, motivasi kerja, integritas, semangat untuk belajar, dan lainnya yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan di perusahaan. Biasanya ada beberapa aspek yang digunakan dalam asesmen tersebut mulai dari tes, kuesioner/inventori, simulasi kerja, hingga wawancara.

Sebagai Dasar untuk Pengembangan Karir ke Level berikutnya

Asesmen dalam pengembangan karir berperan juga sebagai pedoman HRD atau perusahaan untuk menentukan kelanjutan karir yang sesuai untuk karyawan. Sebagai contoh, hasil asesmen menunjukkan bahwa karyawan memiliki motivasi yang rendah dalam bekerja. Maka perusahaan perlu memberikan  pelatihan, coaching, ataupun pendekatan khusus kepada karyawan tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi kerjanya di perusahaan.

Sebagai Pertimbangan Untuk Rotasi Jabatan

Hasil asesmen yang diperoleh dapat menjadi patokan bagi perusahaan untuk melakukan rotasi jabatan. Ketika hasil asesmen tersebut menunjukkan seseorang memiliki kecenderungan untuk lebih berkembang jika diberi jabatan X, dan ternyata ia kurang sesuai dengan jabatan yang dipegangnya saat ini, maka perusahaan dapat mempertimbangkan untuk melakukan rotasi jabatan karyawan yang bersangkutan agar mereka lebih berkembang di masa depan.

Bagaimana Peran Asesmen Dalam Pengembangan Karir?

Setiap karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan atau organisasi tentu mengharapkan semakin berkembang karirnya. Pengembangan karir tersebut merupakan suatu keniscayaan karena setiap manusia ingin mengalami kemajuan dalam hidupnya, bukan kemunduran. Para karyawan tentu juga tidak mau stagnan hanya di satu posisi hingga pensiun.

Kondisi karyawan yang memiliki kapasitas, sudah semestinya dikembangkan oleh perusahaan.  Oleh sebab itu, perusahaan perlu melakukan asesmen untuk mengetahui tingkat kecakapan seorang karyawan terkait kompetensi tertentu, untuk selanjutnya memberikan pelatihan atau pengembangan yang tepat untuk karyawan tersebut.  Dengan demikan perusahaan yang tmengembangkan karyawan berarti sekaligus juga mengembangkan perusahaan itu sendiri.

Pelaksanaan Asesmen Karir 

Dalam pelaksanaannya, asesmen atau penilaian karyawan tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan berkualitas, pengembangan karir perlu dilakukan secara berkelanjutan dan terencana. Jadi, pengembangan karir karyawan merupakan suatu kegiatan manajemen SDM yang saling terintegrasi dengan beragam aktivitas SDM lainnya.

Jenis Asesmen Pengembangan Karir

Ada beberapa jenis asesmen untuk pengembangan karir karyawan. Peran asesmen dalam perkembangan karir tersebut dipengaruhi oleh jenis asesmen yang digunakan. Sebagai contoh, tes psikometri untuk melihat potensi kognitif para karyawan. Ujian-ujian yang dilakukan nantinya akan berpatokan dengan tes-tes kognitif, termasuk didalamnya kemampuan analisis masalah kompleks, membuat judgment, mengambil keputusan, mengatasi masalah, dll.

Asesmen dalam pengembangan karir dirancang melalui berbagai tes dan simulasi.  Asesmen itu sendiri tentunya berkaitan dengan aspek-aspek yang ingin dinilai dari seorang karyawan, termasuk juga kemampuan karyawan tersebut untuk mengisi posisi yang lebih tinggi. Dari hasil asesmen tersebut, perusahaan akan mengetahui lebih lanjut mengenai apa saja tindakan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan karyawannya.

Apa itu Kompetensi?

Apa itu Kompetensi?

Tingkat kemampuan seseorang dalam bekerja sehingga bisa berkinerja unggul seringkali disebut sebagai tingkat kompetensi.  Kompetensi dapat diukur secara relatif dengan suatu instrumen Penilaian Kompetensi, merupakan salah satu jenis tes kerja. Selain itu ada juga pengukuran perilaku dan juga tes psikologi, dan lain-lain. Kesemuanya merupakan bagian dari alat tes assessment center. Pembahasan mengenai kompetensi secara lebih lanjut bisa disimak sebagai berikut.

Definisi Kompetensi

Kompetensi adalah gambaran kemampuan individu dalam menuntaskan pekerjaan, merupakan bagian karakteristik seseorang yang dibentuk dari pengalaman, pendidikan, dan lingkungan sosialnya. Kompetensi menjadi salah satu ukuran dari kinerja atau performance yang ditampilkan karyawan. Kata kompetensi itu sendiri berasal dari bahasa Inggris, yakni competency, yang memiliki arti  kecakapan ataupun kemampuan, merupakan kombinasi dari pengetahuan, keterampilan dan sikap  kepribadian yang bisa meningkatkan kinerja karyawan, sehingga diharapkan karyawan mampu memberikan kontribusi terhadap kesuksesan organisasi. Karenanya penting untuk melakukan penilaian kompetensi guna memprediksi perilaku karyawan dalam berbagai situasi kerja.

Sejarah Penilaian Kompetensi

Istilah penilaian kompetensi atau Competency assessment pertama kali diperkenalkan David McClelland di tahun 1973 dalam artikelnya yang berjudul Testing for competence rather than for intelligence. Di tahun 1982, Boyatzis melakukan pengumpulan data komprehensif dengan mempergunakan metode yang dikembangkan oleh McBer and Company, yakni Job Competence Assessment atau penilaian kompetensi kerja. Mulai saat itulah kompetensi menjadi faktor penting untuk menilai kemampuan kerja karyawan dan menjadi pertimbangan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia.

Elemen Kompetensi

Terdapat tiga elemen kompetensi sebagai berikut:

Motives atau Motif. Motif adalah latar belakang mengapa seseorang memikirkan dan menginginkan sesuatu. Pemikiran yang konsisten muncul pada diri seseorang sehingga menyebabkannya mengambil tindakan. Motif memunculkan ciri-ciri atau traits pada diri seseorang. Motif juga memunculkan respon-respon yang konsisten dalam berbagai situasi formal ataupun informasi.  Tindakan dan perilaku kerja seringkali didasari oleh motif-motif tertentu, sehingga memahami konsep diri, sikap, dan nilai-nilai yang dianut seseorang dapat memberikan gambaran tentang kemungkinan kinerja seorang karyawan.

Knowledge atau Pengetahuan. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki oleh seorang individu dalam suatu area spesifik yang tertentu.

Skill atau Keterampilan. adalah kecakapan seorang individu untuk menampilkan tugas fisik ataupun tugas mental tertentu yang dibutuhkan untuk menuntaskan suatu pekerjaan.

Berdasarkan bagiannya, kompetensi bisa dibagi menjadi dua bagian, yakni:

Bagian Surface atau permukaan. Bagian kompetensi yang dapat dilihat dan dikembangkan disebut surface competency atau kompetensi permukaan. Kompetensi yang nampak dari luar dan lebih mudah diukur, yakni pengetahuan dan keterampilan atau keahlian.

Core atau Inti. Bagian kompetensi yang tidak dapat dilihat dan juga sulit untuk dikembangkan disebut dengan core atau sentral atau inti, yakni sifat, sikap, dan motif, juga nilai-nilai. Bagian inti menjadi dasar bagaimana kompetensi seseorang ditampilkan atau dikembangkan.

Demikian sekilas tentang kompetensi

Our Partner