Bagi Anda yang pernah menjalani psikotes atau tes psikometri mungkin pernah merasakan sakit perut, tangan tiba-tiba keringatan, detak jantung yang berlebihan, atau suasana hati yang tertekan saat bersiap menjalani psikotes. Anda tidak sendirian, sebagian besar orang mengalaminya. Bagaimana mengatasinya, inilah rahasianya :
Selamat menjalani tes psikometri. Sukses untuk Anda.
“Ingin mengembangkan karier di dunia audit bersama tim yang profesional dan berpengalaman? Kami membuka kesempatan bagi Anda untuk bergabung sebagai Supervisor, Senior Staff, dan Junior Staff di kantor akuntan publik. Jika Anda memiliki minat dalam audit eksternal, memiliki ketajaman analitis, semangat untuk terus berkembang, dan ingin berkontribusi dalam proyek-proyek menantang, inilah saatnya untuk mengambil langkah berikutnya dalam karier Anda!”
Kompetensi:
Kualifikasi untuk senior staff:
Kompetensi:
Kualifikasi untuk Junior Staff:
Kompetensi:
Kesempatan ini terbuka bagi Anda yang ingin berkembang dan berkontribusi di dunia audit eksternal. Jika Anda memenuhi kualifikasi dan siap untuk mengambil tantangan baru, jangan ragu untuk melamar!
Kirimkan CV dan surat lamaran Anda ke rekrutmen@akuntansi.id dengan mencantumkan posisi yang dilamar dan nama Anda di subjek email (contoh: supervisor_Abidin) sebelum Jumat, 30 Mei 2025. Kami tunggu kehadiran Anda dalam tim kami!”
Mengapa menggunakan kepribadian dalam memilih karir? Banyak psikolog dan konselor karir yang percaya bahwa kita menjadi lebih puas dan produktif bila menjalani karir yang sesuai dengan kepribadian kita. Motivasi kerja akan meningkat, bila kita melakukan pekerjaan yang sesuai dengan kepribadian kita. Dan ini sudah terbukti secara ilmiah.
Ada dua aspek utama dalam pekerjaan yang menentukan hal ini, yakni:
1. Sifat alami dari tugas-tugas yang dikerjakan, ketrampilan, dan pengetahuan yang kita gunakan dalam bekerja seharusnya sepadan dengan hal-hal yang kita suka untuk kita lakukan dan merupakan subyek dari minat utama kita. Contoh, jika kita suka menolong dan mengembangkan orang lain, dan lebih suka berkomunikasi dibandingkan bekerja dengan benda/alat atau ide-ide, maka karir di bidang sosial (seperti, guru, dosen, psikolog, konselor) mungkin menjadi satu dari sekian banyak pekerjaan sosial yang akan kita nikmati dan dapat kita lakukan dengan baik.
2. Setiap diri kita memiliki ciri-ciri kepribadian yang mungkin sama dan mungkin bertentangan dengan orang lain. Dengan memilih pekerjaan (berkarir) sesuai dengan kepribadian kita, kita akan berada di sekitar orang-orang yang memiliki ciri kepribadian yang serupa, sehingga kita bisa saling berinteraksi dengan baik serta merasa nyaman untuk dapat menyelesaikan pekerjaan. Contoh, orang-orang yang menikmati bekerja sesuai dengan aturan dan prosedur yang baku, menyenangi paper work, data yang rumit, serta menyukai detail mungkin akan merasa tertekan bila berada dalam pekerjaan yang mengharuskannya berada dalam kelompok artis yang secara terus menerus berupaya untuk selalu mengekspresikan diri dan mencari inspirasi artistik yang tidak biasa. Berada diantara orang-orang seniman ini, tentunya sebuah beban untuk tipe orang dengan kepribadian seperti di atas.
Tipe kepribadian yang sama cenderung berhubungan satu sama lain dalam tempat kerja. Masing-masing tipe ini menciptakan sebuah lingkungan kerja yang sesuai dengan tipe kepribadian mereka. Contoh, sebuah lingkungan kerja yang terdiri dari banyak orang yang bertipe artistik, mencenderung untuk menghargai cara berpikir dan berperilaku yang kreatif dan inovatif. Tentunya adalah sebuah kendala besar yang dihadapi oleh orang yang bertipe investigatif bila berada di lingkungan kerja artistik, seperti contoh di atas.
Dengan demikian, kepribadian tidak hanya memprediksi seberapa baik ketrampilan kita cocok dengan tugas-tugas dari pekerjaan tertentu, tapi juga memprediksi bagaimana kita akan ‘fit’ dengan budaya di lingkungan kerja tempat kita berada, budaya tidak lain dan tidak bukan adalah orang-orang yang berada di sekitar kita dan yang berinteraksi dengan kita.
Pada akhirnya kepribadian akan mempengaruhi kepuasan kerja, produktivitas, dan kinerja kita dalam bekerja. Jadi tentukanlah karir seperti apa yang Anda inginkan dengan mempelajari diri Anda sendiri secara mendalam. Salam.
Jika Anda manager atau CEO, tapi tidak suka membaca novel, pertimbangkan lagi.
Membaca novel berdampak siginifikan bagi kemampuan kepemimpinan Anda, demikian tulis artikel dalam Harvard Business Review Agustus 2012. John Coleman, penulis artikel tersebut menyatakan bahwa kebiasaan membaca bacaan terfokus dan mendalam (deep reading), salah satunya membaca novel, merupakan karakteristik dari pemimpin-pemimpin besar. Membaca novel menjadi katalis untuk mendapatkan wawasan baru, inovasi, empati, dan meningkatkan efektifitas pribadi.
Bahkan seorang Profesor bernama Christopher Michaelson, dari Universitas St. Thomas, Minnesota, Amerika, mengkaji pentingnya membaca novel bagi mahasiswa bidang bisnis untuk tetap kompetitif dan eksploratif dalam dunia kerja dan pribadi di abad 21. Risetnya dimuat dalam jurnal ilmiah (Academy of Management Learning Education Journal, tahun 2016, vol. 15).
Profesor Michaelson juga menambahkan tujuh novel yang layak dibaca oleh pebisnis untuk bisa resiliens (tidak mudah patah, lenting) menghadapi ‘kejamnya’ dunia bisnis. Berikut ini tujuh novel yang direkomendasikannya:
Anda tidak harus mulai membaca novel dengan novel-novel di atas. Novel apa saja, yang tipis, juga bisa berdampak pada kita. Berdasarkan pengalaman penulis, bukan tebal atau tipisnya novel, tapi bagaimana karakter dan kisah yang ada di cerita tersebut bersinggungan dengan kenyataan hidup pembacanya. itulah yang menarik.
“deep reading”
Membaca novel, yang juga merupakan “deep reading” memang seringkali tidak mudah, selain alasan waktu, juga alasan tidak ada kaitannya dengan pekerjaan yang ditangani. Untungnya, pemikiran ini salah. Dampak positif membaca novel sangat banyak dan juga telah dibuktikan dalam riset-riset ilmiah, salah satunya seperti yang telah disebutkan diatas.
Pembaca buku atau novel (deep reader) juga merupakan orang yang selalu menarik untuk ditemui dan ajak bicara. Deep reader biasanya orang yang cerdas, bijak, dan memiliki perspektif yang beragam dengan pemikiran yang luas. Berada di dekat orang yang suka membaca buku, bahkan dapat membuat kita jatuh cinta. Mengapa?
People Skill
Riset menunjukkan bahwa orang-orang yang hobi membaca buku termasuk novel, memiliki kemampuan people skills yang lebih tinggi daripada orang yang enggan membaca buku. Membaca novel, berarti belajar memahami karakter tokoh-tokohnya dengan situasi-situasi yang mereka hadapi. Mencermati berbagai kondisi dan peristiwa yang dialami tokoh-tokoh tersebut mau tidak mau akan memberikan gambaran pada Anda untuk antisipasi bila menghadapi situasi dan kondisi yang sama.
Tak ada kata telat untuk mulai membiasakan diri membaca buku, bahkan untuk mulai membiasakan membaca buku, Anda dapat memulainya dengan membaca novel. Novel yang bagus, akan membuat Anda semakin ingin mencari novel lainnya dan membuat Anda semakin menarik.
Jadi tunggu apalagi? segera cari novel yang sudah lama ingin Anda baca, dan mulailah membacanya sesegera mungkin!
Dalam 30 tahun terakhir ini, penggunaan assessmen psikologis di tingkat korporasi meningkat pesat, terutama di negara maju, seperti Amerika dan negara-negara di benua Eropa. Alasan-alasan penggunaan asesmen psikologis ini bermacam-macam, namun dapat diringkas menjadi tiga alasan utama.
Pertama, perusahaan ingin meminimalkan resiko finansial karena salah merekrut pegawai. Dengan menggunakan asesmen, perusahaan berharap tidak mendapatkan pegawai yang ‘bermasalah’ sehingga tidak muncul biaya tinggi akibat salah rekrut. Biaya akibat salah rekrut, relatif cukup besar. Berdasarkan penelitian di Amerika, salah rekrut bisa berakibat 30% biaya HR meningkat. Diantaranya biaya iklan, training, belum lagi biaya gaji dll. Sungguh bukan biaya yang kecil.
Alasan kedua, perusahaan ingin mendapatkan pegawai yang ‘fit in’ dengan karakteristik pekerjaan yang ditangani. Ada pekerjaan-pekerjaan tertentu yang tidak dapat dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki karakteristik kepribadian tertentu. Katakan pekerjaan sebagai desainer, dibutuhkan orang yang memiliki sense of art yang tinggi dan memiliki kreatifitas. Bukan orang yang cenderung ‘follower’ dan berorientasi pada prosedur. Dengan demikian, diharapkan kesesuaian tersebut dapat meningkatkan kinerja, baik kinerja pegawai itu sendiri maupun kinerja perusahaan.
Alasan ketiga, dengan dilakukannya asesmen, perusahaan mengetahui orang-orang seperti apa yang cocok dengan budaya perusahaan tersebut. Misalnya, perusahaan membutuhkan orang-orang yang mampu mengambil keputusan di bawah tekanan, khususnya pada perusahaan jasa atau perusahaan konsultan. Atau orang-orang yang dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompok, dan bukan orang-orang yang berkarakteristik individualis atau kompetitif. Dengan demikian, baik calon pegawai maupun perusahaan sama-sama diuntungkan karena memiliki nilai-nilai yang sama.
Seperti apa asesmen psikologis itu? Ada beragam bentuk asesmen psikologis, diantaranya personality assessment berupa profil kepribadian, decision making test, tes inteligensi kognitif, critical thinking, tes kreatifitas dll. Tes kejujuran (integritas), termasuk dalam personality assessment dan banyak dibutuhkan oleh perusahaan. Disamping itu, untuk pegawai-pegawai yang akan mengisi level managerial, perlu dilakukan asesmen yang berkaitan dengan kepemimpinan, delegasi, develop other, strategic thinking, mengatasi konflik, untuk kriteria-kriteria ini perusahaan bisa menggunakan pendekatan assessment center.
Jadi apa yang harus dilakukan perusahaan untuk mendapatkan hasil maksimal dari asesmen psikologis ini? Tentunya perusahaan harus memiliki kriteria dan standar yang jelas apa saja yang akan dinilai dari calon pegawai tersebut dan yang memang sesuai kebutuhan perusahaan. Katakan untuk level manajerial di posisi pemasaran, tentunya dibutuhkan orang-orang yang mampu melihat peluang pasar, memiliki kesadaran bisnis, disamping juga mampu memimpin dan mengelola bawahan dengan baik. Di sisi lain, juga memiliki kriteria yang sesuai dengan budaya perusahaan (misalkan, mengutamakan komitmen).
Jadi sebelum memutuskan menggunakan asesmen, sebagai orang HR, Anda harus cari tahu lebih dalam orang-orang seperti apa yang dibutuhkan perusahaan Anda.
Sejak konsep psikologi positif yang dipelopori oleh Seligman dan Csikszentmihalyi muncul di era tahun 2000an, perkembangan alat ukur yang mengukur aspek-aspek positif manusia juga terus berkembang. Penilaian aspek-aspek positif individu dinilai mampu membuat perbedaan pada individu (individual differences), hal ini didasarkan pada dua asumsi: 1. Data yang berkaitan dengan aspek positif dan negatif manusia dapat muncul pada setiap orang, 2. Setiap orang memiliki kekuatan-kekuatan psikologis dan kapasitas untuk mencapai fungsi optimalnya sebagai manusia.
Dengan mengidentifikasi dan mengukur kekuatan (aspek positif) manusia, proses-proses yang sesuai (healthy process), dan fulfillment dimungkinkan dapat memberikan efek positif pada manusia. Beberapa hipotesis positive psychological assessment yang telah terbukti dituliskan di bawah ini:
Mencermati dampak positif dari positive psychological assessment, sudah sewajarnya tes-tes yang mengukur aspek-aspek positif manusia semakin berkembang, khususnya tes-tes psikometri. Dunia psikologi, khususnya di Indonesia diharapkan tidak hanya memulai dari diagnosis penyakit mental saja, namun juga berangkat dari human strengths.
Saat ini kita pasti sering mendengar istilah work life balance. Istilah ini sering digunakan oleh para karyawan untuk menjaga keseimbangan antara tanggung jawab pekerjaan dan kehidupan pribadi. Menjaga keseimbangan antar kedua hal ini sangat penting. Kita dituntut untuk mampu mengalokasikan waktu dan energi untuk kehidupan kerja dan kehidupan pribadi secara seimbang. Dengan begitu kita dapat meningkatkan produktivitas kerja dan dapat mengeksplor hobi atau kemampuan lain di luar pekerjaan.
Menurut riset, jika kita mampu menerapkan work life balance dengan baik, kita pun akan lebih bahagia karena mampu menjalani pekerjaan dan kehidupan pribadi secara seimbang. Survei internasional, Deloitte yang bertajuk The Deloitte Global 2022 Gen Z and Millennial Survey, mencatat bahwa work life balance atau keseimbangan kerja menjadi prioritas utama generasi ini. Tercatat sebanyak 32% responden Gen Z dan 39% milenial menyatakan keseimbangan kerja menjadi pertimbangan mereka bekerja di perusahaan mereka saat ini.
Berikut manfaat dan cara mewujudkan work life balance bagi para karyawan:
Manfaat work life balance
1. Menurunkan resiko stres
Banyak karyawan yang tidak mampu menerapkan work life balance karena tekanan dan tuntutan pekerjaan yang berat. Tidak sedikit karyawan yang mengalami stres karena hal ini. Stres merupakan masalah kesehatan yang paling sering dialami karyawan. Jika dibiarkan bisa mengakibatkan burnout dan menurunnya produktivitas.
Untuk itu sangat penting menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Jika kita mampu menjaga keseimbangan kedua hal ini, kinerja akan meningkat. Bahkan bisa menjadi lebih produktif. Kita pun masih memiliki waktu untuk melakukan hal lain yang menyenangkan.
2. Meningkatkan kesehatan fisik dan mental
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa, karyawan yang bekerja 50 jam atau lebih dalam seminggu berdampak negatif bagi kehidupan pribadi. Juga berdampak buruk terhadap kesehatan, baik fisik maupun mental. Bekerja keras boleh saja namun jangan sampai mengorbankan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun mental. Tidak ada yang lebih penting dari kesehatan.
Untuk itu ketika jam kerja, fokus dengan apa yang dikerjakan. Pastikan pekerjaan dapat selesai tanpa ada tambahan jam kerja atau lembur. Begitupun ketika berada di rumah, beri waktu dan ruang bagi otak dan tubuh untuk beristirahat. Hilangkan dan singkirkan terlebih dahulu pikiran tentang pekerjaan atau apa yang terjadi di tempat kerja. Di saat ini sebaiknya fokus hanya pada kehidupan pribadi saja. Jika kita mampu menjaga keseimbangan antara dua hal ini, maka hidup kita akan lebih rileks dan bebas dari stres.
3. Meningkatkan kualitas hidup dan performa kerja
Mampu menerapkan Work life balance dengan baik juga berdampak positif pada kualitas hidup dan performa kerja. Pasalnya, kesehatan fisik dan mental sudah terjaga dengan baik. Kita juga bisa mengerjakan pekerjaan dengan lebih fokus. Sehingga dapat memberikan kinerja terbaik untuk perusahaan, tanpa perlu khawatir berlebihan dengan kondisi kehidupan sosial.
Begitupun saat di luar jam kerja, kita akan lebih tahu prioritas hidup diri sendiri. Memiliki lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan keluarga atau teman, tanpa terbebani pekerjaan di kantor.
Cara mewujudkan work life balance
1. Buat prioritas pekerjaan
Hal pertama untuk mewujudkan work life balance adalah membuat dan menetapkan prioritas tugas atau kegiatan. Catat dan dahulukan tugas mana yang sekiranya penting atau urgent. Jika pekerjaan yang diterima terlalu banyak dan melampaui batas kemampuan, kita bisa meminta bantuan rekan kerja lain atau meminta tambahan waktu untuk menyelesaikannya.
2. Tidak menunda pekerjaan
Jika kita memiliki kebiasaan menunda-nunda tugas, maka hilangkan kebiasaan itu. Ingat menunda pekerjaan tidak membuat pekerjaan tersebut selesai dengan sendirinya. Melainkan tugas akan semakin menumpuk hingga semakin sulit untuk dikerjakan.
Solusinya, mulailah mengerjakan tugas yang mudah terlebih dahulu. Selesaikan satu persatu sebelum lanjut ke tugas selanjutnya. Semakin cepat kita menyelesaikan pekerjaan, waktu istirahat semakin banyak pula. Kita pun dapat melakukan kegiatan lain di luar pekerjaan.
3. Tetapkan kapan harus berhenti
Tuntutan dan tekanan kerja yang begitu berat dan banyak dalam setiap waktu, menyebabkan banyak karyawan yang mencurahkan seluruh waktu dan energinya pada pekerjaan. Bahkan saat libur dan akhir pekan. Akibatnya, energi pun habis dan tidak memiliki banyak waktu untuk menjalankan kehidupan pribadi.
Jika kita sudah berada di tahap ini, cobalah berhenti dan beristirahat. Kita bisa mengambil cuti 1-2 hari untuk melakukan aktivitas apapun yang disukai. Misalnya, pergi berlibur atau menjalankan hobi. Jangan lupa untuk mematikan notifikasi ponsel, memberitahu atasan, dan rekan kerja bahwa kita sedang cuti. Siapa tahu dengan mengambil cuti bisa memulihkan diri dari aktifitas kerja. Bisa kembali semangat dan fokus saat kembali bekerja nantinya.
Untuk Anda yang sedang mendapat panggilan kerja, salah satu fase yang harus dilewati selain proses wawancara kerja yaitu mengikuti tes psikologis atau psikotes. Psikotes merupakan tahapan seleksi untuk mengetahui karakteristik kerja seseorang dan bagaimana kecocokan karakteristik tersebut dengan budaya perusahaan dan tipe pekerjaan yang akan ditangani. Tujuan dari psikotes adalah untuk mengukur kemampuan, keterampilan serta karakteristik individu secara psikologis.
Jika Anda belum mengetahui apa itu tes psikologis atau psikotes, maka sebelum mengikuti tes ini wajib mencari tahu atau melakukan riset terlebih dahulu. Mencari tahu bagaimana proses psikotes, juga dapat membantu Anda melewati soal tes dengan baik. Psikotes sendiri terdiri dari beberapa jenis tes, jadi penting untuk memahami tes ini dengan baik.
Berikut tips menghadapi psikotes kerja:
1. Persiapan fisik
Persiapan satu ini merupakan persiapan dasar yang tidak kalah penting sebelum menghadapi psikotes kerja. Saat mengikuti psikotes, kita dituntut untuk memiliki fokus yang baik dalam mengerjakan setiap soal dengan batasan waktu yang telah ditentukan.
Oleh karena itu, usahakan kondisi fisik benar-benar fit, jangan lupa untuk makan terlebih dahulu sebelum mengikuti tes. Pastikan untuk istirahat yang cukup agar tubuh dan pikiran menjadi lebih segar dan siap menghadapi psikotes.
2. Datang tepat waktu
Datang tepat waktu sangat penting ketika mengikuti psikotes. Ini memberikan kesan yang baik dan menunjukan bahwa kita serius dalam mengikuti tes. Berbeda jika kita datang terlambat, selain memberikan kesan buruk, datang terlambat juga membuat kita merasa terburu-buru dan cemas saat mengerjakan soal. Selain itu, jika psikotes ini diikuti oleh beberapa peserta, dapat mengganggu konsentrasi mereka yang sedang mengerjakan tes.
3. Memahami instruksi dengan cermat
Psikotes biasanya terdiri dari beberapa jenis tes psikologi, seperti tes IQ, tes kepribadian, tes kemampuan dan lain sebagainya. Setiap jenis tes ini memiliki cara mengerjakan yang berbeda, mulai dari ketentuan hingga waktu pengerjaannya.
Oleh karena itu, ketika diberikan soal psikotes, hal pertama yang dilakukan adalah jangan buru-buru untuk mengerjakannya. Luangkan waktu sebentar untuk membaca instruksi dengan cermat hingga paham. Baca dan pahami setiap instruksi, perintah, maupun larangan yang diberikan. Jika ada instruksi yang kurang jelas atau tidak dipahami, Anda bisa menanyakan hal tersebut.
4. Fokus, teliti, dan tenang
Fokus, teliti, dan bersikap tenang merupakan kunci utama dalam memudahkan kita mengerjakan psikotes dengan baik. Kerjakan dan baca setiap soal dengan fokus. Teliti dan hindari distraksi yang dapat menghambat kita dalam mengikuti psikotes. Yang terakhir yang tidak kalah penting adalah bersikaplah tenang. Meskipun psikotes memiliki batasan waktu, namun jangan sampai Anda terburu-buru dalam mengerjakannya.
Tanpa ketiga hal tersebut diatas , hasil yang diharapkan akan jauh dari kenyataan. Meskipun Anda pandai dan cerdas, tetapi tanpa fokus, ketelitian, dan ketenangan, hal ini menjadi sebuah kekurangan. Bahkan bisa membuat Anda gagal ujian tes.
5. Miliki manajemen waktu yang baik
Salah satu hal yang membuat kandidat gagal dalam psikotes karena manajemen waktu yang buruk. Mereka tidak mampu me-manage waktu dengan baik dalam menjawab atau mengerjakan soal psikotes. Tips penting yang harus dilakukan adalah ketika Anda sudah menjawab satu soal, segera fokus ke soal berikutnya. Kerjakan soal secara berurut jika ingin optimal. Hal ini demi menjaga konsentrasi sekaligus mengatur kecepatan dalam mengerjakan soal. Psikotes memang bisa dibilang gampang-gampang susah. Mengapa demikian? Psikotes menuntut pemahaman kita tentang diri sendiri. Tidak ada jawaban benar atau salah dalam soal-soal kepribadian. Dalam penilaian psikotes, bukan hanya kecerdasan yang dipertimbangkan, tetapi juga karakter pribadi yang diinginkan oleh perusahaan. Maka dari itu, yakin dalam menjawabnya. Semakin Anda mengenali diri sendiri, semakin baik Anda menjalaninya.
Membangun personal branding sangat penting untuk mempromosikan keahlian atau keunggulan diri. Terutama dalam mempersiapkan atau membangun karir. Saat ini banyak perusahaan yang merekrut pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh perusahaan dengan melihat personal branding orang tersebut.
Personal branding adalah ciri khas atau keunikan yang dipunyai, yang ditampilkan, dan hal-hal yang ditunjukan sehari-hari. Seperti apa orang lain menilai kita, baik didunia nyata maupun di dunia digital. Personal branding dapat disebut juga dengan pembentukan citra diri dimata orang lain terhadap diri kita.
Membangun personal branding dapat memberikan banyak manfaat, selain bisa memperluas koneksi, juga dapat membuka peluang baru dan memberikan kesuksesan karir. Apalagi di era digital seperti sekarang ini, kita dapat membangun personal branding melalui platform digital atau media sosial.
Berikut ini beberapa cara membangun dan mengembangkan personal branding:
1. Pahami kelebihan dan citra yang ingin dikenal
Hal pertama memulai personal branding adalah dengan mengenal kelebihan atau keunikan diri sendiri. Temukan kelebihan yang dapat ditonjolkan untuk membantu membangun personal branding sesuai dengan diri kita. Kita dapat fokus pada kelebihan yang dimiliki dan menjadikannya senjata utama untuk menjual kemampuan diri.
Setelah mengetahui kelebihan diri, selanjutnya menetapkan citra seperti apa yang ingin dibangun dan tampilkan. Pencitraan adalah gambaran dari karakter yang sengaja ingin ditampilkan, dan seperti apa yang ingin orang lain lihat dari sosok diri kita.
2. Menentukan target dan tujuan
Saat membangun personal branding, kita juga perlu menentukan target atau pihak yang menjadi tujuan utama. Menentukan target akan membantu kita menentukan apa saja yang harus dilakukan agar kemampuan dan citra kita dapat dikenal oleh orang lain.
Setelah menentukan target, hal selanjutnya adalah menetapkan tujuan. Tentukan tujuan ingin dikenal sebagai siapa? Apakah sebagai seorang penulis, guru, seorang digital marketing atau profesi lain di bidang tertentu. Menetapkan tujuan merupakan langkah krusial dalam membangun personal branding yang kuat. Kita harus menentukan seperti apa atau sebagai siapa diri kita ingin dikenal orang. Pertanyaan-pertanyaan demikian haruslah dapat dijawab jika kita ingin membangun personal branding yang solid dan kuat.
3. Terus mengasah keterampilan
Mengasah keterampilan terus menerus adalah elemen yang sangat penting ketika membangun personal branding. Ini membuat kita mudah untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman. Jika kita mampu beradaptasi, maka orang lain dapat menilai kita sebagai orang yang kompeten dan up-to-date. Dari keterampilan yang kita milikilah, orang lain menilai apakah kita termasuk orang yang kompeten atau tidak. pilihlah bidang keterampilan yang sesuai dan ingin ditekuni untuk menjadi branding kita nantinya.
4. Memperluas networking
Hal selanjutnya untuk membangun personal branding adalah memperluas networking. Memiliki networking yang luas, selain bisa menambah relasi atau teman, kita juga mendapatkan teman diskusi atau teman untuk bertukar pengalaman. Kita tidak perlu terpaku hanya berkumpul dengan satu kelompok tertentu saja, justru kita perlu menambah relasi dari kelompok lain yang memiliki background berbeda dengan diri kita.
Selain itu, melalui jaringan pertemanan atau networking yang luas dapat membuka lebih banyak kesempatan berkembang. Memperluas networking dan bertemu dengan banyak orang juga dapat membantu kita mengembangkan serta melatih skill komunikasi atau public speaking. Skill ini sangat bermanfaat dalam dunia kerja dan akan melatih kemampuan dalam menjalin komunikasi dengan orang lain.
5. Jadi diri sendiri
Menurut Psychology Today, salah satu hal penting dalam membangun personal branding adalah menjadi diri sendiri. Kamu harus menjadi diri sendiri dan jangan pernah menjadi orang lain untuk terlihat bagus. Menjadi orang lain justru akan membuat tidak nyaman dalam menjalani aktivitas dan dapat menimbulkan mispersepsi di kemudian hari. Jadilah diri sendiri dan bangun citra diri seunik dan seidentik mungkin agar mudah diingat oleh orang lain.
Itulah tips untuk membangun personal branding yang kuat. Selain tips di atas yang tidak kalah penting dalam membangun personal branding adalah menjaga reputasi dan konsisten. Menjaga reputasi yang baik dan konsisten juga menjadi kunci dalam menguatkan personal branding. Jika semua itu kita lakukan, maka kita telah membuktikan kita orang yang pantang menyerah dan autentik.
Mencari dan mendapatkan pekerjaan memang tidak mudah dilakukan, baik oleh mereka yang baru lulus kuliah maupun mereka yang sudah memiliki pengalaman kerja. Proses melamar kerja juga tidak hanya mencari lowongan kerja dan mengirim CV atau surat lamaran saja, tapi juga harus memastikan kalau diri siap untuk menghadapi proses rekruitmen yang panjang.
Untuk itu, sebelum melamar kerja dibutuhkan persiapan yang baik. Dengan persiapan yang baik akan membuat proses melamar pekerjaan menjadi efektif dan terarah. Sehingga bisa diperoleh hasil sesuai yang diharapkan. Dan bagi para jobseekers yang sedang mencari kerja harus tahu apa saja yang harus dipersiapkan saat melamar kerja. Berikut persiapan yang dibutuhkan:
1. Kenali kualitas diri untuk membangun personal branding
Mengetahui kualitas diri atau penilaian terhadap diri sendiri adalah hal penting untuk membangun personal branding. Saat melamar kerja kita perlu mengetahui nilai jual kita, misalnya keahlian atau skill yang dipunyai, keterampilan dan pengalaman kerja yang dimiliki. Buatlah diri seprofesional mungkin sehingga recruiter bisa menilai kemampuan yang dimiliki.
Dengan mengenal kualitas diri secara baik, maka kita dapat membangun personal branding dan dapat ’memasarkan’ diri secara baik. Hal ini juga membuktikan bahwa kita bisa menjadi karyawan yang ideal. Kita juga dapat memanfaatkan media sosial seperti LinkedIn, Instagram, twitter, dan sosial media lainnya untuk memperkuat personal branding. Saat ini tidak jarang perekrut yang mencari tahu calon karyawanya lewat sosial media, dan mengecek jejak digital mereka.
2. Cari tahu perusahaan dan bidang pekerjaan yang dilamar
Sebelum memutuskan untuk melamar dan mengirim berkas lamaran, kita perlu mempelajari dan mencari tahu perusahaan yang ingin dimasuki dengan mencari informasi sebanyak mungkin. Misalnya, mengunjungi blog, website, atau sosial media perusahaan tersebut. Kita perlu mencari tahu seluk baluk perusahaan mulai dari industrinya, jenjang karir, sistem kerja, budaya kerja, lingkungan kerja, dan lain sebagainya.
Namun jika kita kesulitan untuk mencari info di internet, kita dapat bertanya ke karyawan atau orang yang pernah bekerja di sana. Dengan informasi ini, kita bisa mantap untuk tetap melanjutkan melamar kerja di sana atau tidak. Riset juga dapat membantu kita dalam menjawab pertanyaan saat wawancara.
3. Ikuti pelatihan atau training
Sebelum melamar kerja, kita juga perlu mempersiapkan keahlian. Bisa dengan mengikuti training, kursus atau beragam pelatihan yang sesuai dengan bidang yang kita minati. Dengan mengikuti pelatihan, selain meningkatkan kompetensi, kita juga mendapatkan bukti kompetensi yang dimiliki berupa setifikat. Sertifikat atau dokumen pelatihan ini menambah nilai plus pada surat lamaran kerja yang dikirim.
Sertifikat bisa juga digunakan sebagai dokumen pendukung untuk menambah nilai jualmu. Sertifikat membuktikan bahwa kita pernah mengikuti pelatihan atau keterampilan tersebut. Pastikan juga sertifikat yang dilampirkan relevan dengan pekerjaan yang dilamar.
4. Membuat surat lamaran dan CV yang tepat dan menarik
CV yang tepat dan menarik adalah CV yang informatif, jelas, rapi, dan berisi data diri terbaru. Pastikan surat lamaran ditulis dengan terstruktur menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Kita juga bisa mengemas CV dengan desain yang menarik agar recruiter melirik CV kita.
Pada dasarnya surat lamaran kerja dan resume yang dibuat merupakan representasi diri. Pastikan semua yang ada didalamnya mewakili diri dengan baik. Jangan lupa siapkan juga portofolio terbaik yang berisi kemampuan atau hasil kerja yang pernah dicapai olehmu.
5. Mempersipakan dokumen yang dibutuhkan
Saat melamar kerja pasti akan diminta untuk membawa atau melampirkan dokumen-dokumen sebagai persyaratan. Pastikan kita mempersiapkan dokumen ini secara lengkap.
Beberapa dokumen yang biasa diminta dan perlu dipersiapkan diantaranya, CV atau resume, fotokopi ijazah dan transkrip nilai, fotokopi KTP, fotokopi sertifikat atau pelatihan, SKCK, pas foto terbaru, dan lainnya. Untuk meminimalisir kesalahan, ada baiknya kita membaca dan mencermati ulang poin-poin apa saja yang penting dari info lowongan kerja.